Feb 20, 2009

Perayaan Maulid dan Acara Haul

Pertanyaan:

Bagaimana hukum perayaan Maulid Nabi Muhammad Shollallohu alaihi wasallam dan acara Haul para wali dan kiyai serta orang – orang yang telah meninggal?

Aca, Laren Lamongan


Jawaban:

a. Pada dasarnya perayaan Maulid secara resmi baru muncul dan dilakukan oleh al Malik al Muzhoffar penguasa Irbil daerah Syiria pada tahun 603 H. Itu dilatarbelakangi keinginan membakar semangat pasukan Islam yang sedang dalam suasana perang dengan tentara Salib dari Perancis. Pada tahun berikutnya (604 H) Syekh Ibnu Dihyah, ulama dari Maroko yang sedang dalam perjalanan keliling singgah di Irbil, mendapati ada acara peringatan Maulid yang meriah Beliau lalu menyusun sebuah buku Maulid yang diberi judul At Tanwiir bi Maulidin Nabiyyil Basyiir an Nadziir. Buku ini kemudian tercatat sebagai buku Maulid pertama. Tentang keabsahan perayaan Maulid maka cukup bila saat itu tak ada seorang ulama umat Islam yang melarangnya. Bahkan Syekh Abu Syamah, guru Imam Nawawi, memberikan pujian kepada Al Malik al Muzhoffar. Jika ditelusuri lebih jauh maka perayaan Maulid pada dasarnya dibenarkan oleh banyak sekali dalil. Antara lain hadits tentang Abu Lahab yang mendapat keringanan siksa pada hari senin karena ia bergembira akan kelahiran Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam dengan memerdekakan Tsuwaibah. Jika orang kafir yang bergembira mendapat manfaat maka tentu orang beriman justru akan lebih banyak mendapat manfaat jika bergembira. Dan salah satu wujud kegembiraan itu bisa diwujudkan dengan perayaan Maulid.

b. Pada intinya acara Haul adalah berkirim do’a, aktivitas memberi hadiah kepada orang yang telah meninggal dengan aneka ragam kebaikan seperti bacaan Alqur’an, dzikir, tahlil dan sedekah dll di mana hal ini diperbolehkan dan telah disepakati oleh mayoritas umat Islam. Selain itu dalam acara Haul juga mengandung misi mengenang jasa–jasa orang dihauli/pemilik haul (Shohibul Haul) yang hal ini dengan jelas diperintahkan oleh Alloh dalam firmanNya:

“Dan orang – orang yang datang setelah mereka. ( orang – orang itu ) berdo’a: “ Ya Tuhan kami ampunilah kami dan saudara – saudara kami yang telah beriman terlebih dahulu daripada kami...” QS al Hasyr : 10.

Sungguh mengenang dan membicarakan kebaikan orang yang telah tiada serta berbakti kepadanya dengan mengharumkan namanya pasca kepergiannya sangat dianjurkan oleh Islam. Acara Haul, sekali lagi, mengandung hal seperti ini. Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam sendiri seringkali memuji–muji Sayyidah Khodijah al Kubro dan tak terkadang mengirim hadiah kepada teman dan kerabat Khodijah ra.

[]

0 comments: