Serial Aqidah: Islam, Bagaimana Memahaminya
Manusia hidup dilingkupi dua lingkaran (dairotain) yaitu:
1. Lingkaran pertama adalah lingkaran yang dikuasai oleh manusia, yaitu lingkaran yang ada di bawah batasan tingkah lakunya, yang di dalamnya terdapat perbuatan-perbuatan yang timbul karena keinginannya sendiri. Contohnya berjalan, makan, minuman, dan berpergian di saat kapan saja dia kehendaki. Di dalam lingkaran ini manusia bebas memilih untuk melakukan perbuatan baik ia merupakan sesuatu yang disyaratkan maupun yang tidak disyaratkan, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan tersebut, karena dia memiliki akal yang dapat membedakannya. Alloh Ta'ala menjadikan akal sebagai sandaran pembebanan kewajiban syara' (taklif syar'iy). Oleh karena itu Alloh Ta'ala memberikan pahala terhadap pelaku perbuatan baik dan memberikan siksa terhadap pelaku perbuatan buruk. "Apabila perbuatan itu baik maka dibalas dengan kebaikan dan apabila perbuatan itu buruk maka akan dibalas dengan keburukan."
2. Lingkaran kedua adalah lingkaran yang menguasai manusia, yang dalam hal ini dibagi menjadi dua:
a. Kejadian yang ditentukan oleh nidhom wujud (hukum alam), misalnya ia datang ke dunia ini dan akan meninggalkannya tidak atas kemauannya, ia tidak dapat terbang di udara (hanya) dengan tubuhnya, ia tidak dapat berjalan di atas air (tanpa alat), ia tidak mampu menciptakan bentuk tubuhnya sendiri, dan lain sebagainya.
b. Perbuatan yang di luar kemampuan manusia, perbuatan ini timbul dirinya atau menimpa dirinya, tetapi dia tidak mampu menolaknya. Seperti orang terjatuh dari atas tembok dan menimpa orang lain sehingga mati, menembak burung tetapi secara tidak sengaja mengenai seseorang hingga tewas.
Dalam lingkaran ini manusia mengalaminya dengan terpaksa (majbur) dan tersetir (musayar), ia bukan pemilih (mukhoyar), dan inilah yang dinamakan qodho'. Manusia wajib mengimaninya, bahwa sesungguhnya qodho' itu berasal dari Alloh Subhanawata'ala.
Alloh Ta'ala telah menciptakan naluri (ghorizah) dan kebutuhan anggota badan (al haajatul 'udhwiyah) dengan kekhususannya seperti menciptakan api berkhasiat untuk membakar, kebutuhan biologis (ghorizatun baqo') memiliki khasiat mempertahankan diri atau membela diri, sedangkan untuk al haajatul 'udhwiyah diciptakan rasa haus, lapar, ingin membuang air besar atau kecil dan lain sebagainya.
Kekhususan ini telah ditentukan oleh Alloh Subhanawata'ala dan dijadikan kebiasaan menurut aturan alam. Inilah yang dinamakan Qodar. Manusia berkewajiban mengimani bahwa sesungguhnya qodar itu dari Alloh Subhanawata'ala. Melalui perantara kekhususan ini manusia dapat melakukan perbuatan baik dan buruk, yang semuanya akan dihisab. Beriman pada qodho' dan qodar menyebabkan manusia tidak akan merasa resah terhadap sesuatu yang menimpanya, tidak susah terhadap musibah yang dialaminya, tidak takabbur ketika mendapatkan anugerah. Anda akan kesungguhannya dalam bertawakkal kepada Alloh Subhanawata'ala, di saat ia tetap mengambil cara-cara berusaha yang telah diatur ketentuannya oleh Alloh Subhanawata'ala. Ia selalu memohon pertolongan kepada Alloh Ta'ala terhadap hal-hal yang tidak berada dalam kemampuannya. Dan begitulah kehendak Alloh Ta'ala dalam menciptakan makhluk dan menentukannya dengan ketentuan-ketentuan dan sifat-sifat yang terbatas.
Sebagaimana firman Alloh Ta'ala:
"Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya". (QS. Al Furqon: 2).
Alloh Subhanawata'ala Maha Mengetahui terhadap sesuatu yang akan terjadi pada makhluk-Nya. Untuk itu Alloh Subhanawata'ala menyuruh Al Qolam untuk mencatat di Lauhul Mahfud terhadap sesuatu yang akan terjadi hingga yaumul qiyamah. Hal ini sebagai pernyataan (ta'bir) akan ilmu Alloh yang Maha Luas yang meliputi segala sesuatu. Ini bukan yang memaksa (jabr) kepada hamba-Nya dalam melakukan aktivitas sesuai dengan yang tertulis dalam Lauhul Mahfud itu.
[]
Feb 11, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment