Nov 20, 2008

Memotret Kekinian dengan Kacamata Al-Qur’an



Judul: Seri Tafsir Tematik: Rumah Hati dengan Cahaya Ilahy
Penulis: KH. Muhammad Ihya Ulumiddin
Penerbit: an-Nuha Publishing, Pujon, Malang
Terbit: Sya’ban 1429 H/Agustus 2008
Tebal: +274 hal

Pada mulanya usaha penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan ijtihad masih sangat terbatas dan terikat dengan kaidah-kaidah bahasa serta arti-arti yang dikandung oleh satu kosakata. Namun sejalan dengan lajunya perkembangan masyarakat, berkembang dan bertambah besar pula porsi peranan akal atau ijtihad dalam penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga bermunculanlah berbagai kitab atau penafsiran yang beraneka ragam coraknya. Keragaman tersebut ditunjang pula oleh Al-Qur’an, yang keadaannya seperti dikatakan oleh ‘Abdullah Darraz dalam Al-Naba’ Al-Azhim:

“Bagaikan intan yang setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut yang lain, dan tidak mustahil jika Anda mempersilakan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat lebih banyak dari apa yang Anda lihat.”


Penulis buku ini pun mengatakan bahwa Al-Qur’an itu laksana samudera luas lagi dalam. Semakin kita menyelaminya akan terlihat keindahan demi keindahan yang begitu dahsyat. Semakin diselami, semakin terasa luas dan dalam, seolah tidak pernah sampai ke dasarnya. Bahkan produk tafsir para ulama dari dulu hingga sekarang sebagai upaya mengungkap dalam dan luasnya samudera Al-Qur’an itu masih belum selesai, akan terus digali, dan tak akan habis-habis hingga akhir zaman. Ini semua merupakan mu’jizat Al-Qur’an sebagai kalam-Nya (hal x).
Berangkat dari kajian tafsir setiap Selasa dan Rabu yang diasuhnya dengan pendekatan atau metode tafsir Riwayah dan Dirayah. Yakni menafsirkan ayat secara tekstual berdasar ayat-ayat lain atau riwayat hadits, kemudian diletakkan secara kontekstual pada kondisi kekinian. Tak jarang hal itu berangkat dari satu topik atau tema yang sedang terjadi di masyarakat sehingga tafsir tersebut bersifat tematik (maudhu’i). Sedangkan metode Dirayah (berdasar ra’yi / logika) dipakai selama tidak keluar dari koridor penafsiran yang telah menjadi kesepakatan para ulama tafsir.
Dari kajian tafsir inilah lahir rubrik Tafsir Tematik pada majalah Al-Mu’tashim.
Diasuh oleh Abina KH. Muhammad Ihya Ulumiddin , Tafsir Tematik senantiasa tidak pernah absen hadir pada setiap edisi majalah tersebut yang kini sudah mencapai edisi ke-138 lebih ini. Jika sekali saja tidak muncul, para pembaca akan langsung menanyakan kepada redaksi perihal ketidakhadirannya.
Kajiannya yang berdasar tema yang sedang terjadi di masyarakat (aktual) lebih mendekatkan kajian tersebut kepada para pembacanya. Apalagi ditunjang dengan bahasa yang sederhana — bahkan bahasa gaul, redaksional yang tidak berbelit, maka kajian tafsir tersebut lebih mudah diterima oleh pembaca. Nah, dari kumpulan Tafsir Tematik itulah lahir buku di tangan Anda ini.
Ada 25 judul yang mewakili 25 tema berbeda dalam buku perdana ini, yang diberi judul Seri Tafsir Tematik: Rumah Hati dengan Cahaya Ilahy. Setiap judul membahas 1-2 ayat, baik asbab nuzul-nya, uraian ayatnya, serta tafsir tematik kontekstualnya. Setiap tema tak lebih dari 9 halaman pembahasan, sehingga pembaca juga tidak segera bosan membaca dan mengikutinya.
Tak jarang penulis menggunakan kata-kata yang tidak biasa untuk memberi judul. Pada bab ke-18 misalnya, untuk membahas ayat QS Al-Ankabut: 69 beliau memberi judul: Over Drive, Upaya Membuka Jalan. Ayat ini berbicara tentang jihad dan mujahadah. Bahwa barangsiapa yang bermujahadah di jalan-Nya akan ditunjukkan jalan-jalan-Nya. Karena itu, upaya itu harus maksimal, dengan segenap kemampuan, gas pol (over drive) dan tidak setengah-setengah jika ingin mencapai target yang dituju. Ciri mujahadah ada tiga, (1) raghiban, rasa mencintai dan menjadikan apa yang dicari dan ditargetkan sebagai kesenangan. (2) shadiqan, kejujuran merupakan syarat mutlak guna mendapatkan keberhasilan. Dan (3) mukhlisan, keikhlasan; karena ikhlas merupakan nyawa ibadah.
Begitulah setiap tema dikiaskan bagai sapu lidi, yang tersusun dari lidi-lidi yang terikat, umpama molekul-molekul air yang terkumpul hingga mampu membentuk formasi heksagonal yang sangat berguna bagi penyembuhan. Membaca dan meresapi tafsir dari ayat demi ayat pada buku ini akan membersihkan dan menjernihkan hati dan pikiran kita tak ubahnya sapu dan air. Jika Anda ingin merasakan hal yang sama, sudah selayaknya membaca buku ini. Tunggu apa lagi?

[bahtiarhs, http://bahtiarhs.net]

***

0 comments: