Nov 20, 2008

Hukum Membaca Sayyidina

Ana menanyakan hukum membaca sayyidina sebelum mengucap Nabi Muhammad Saw. sekaligus mohon disertai dalilnya. Ini ana tanyakan, mengingat di lingkungan ana perihal membaca sayyidina dan tidak, khususnya di dalam shalat telah menjadi sumber perselisihan antara sesama muslim yang tidak baik dipandang. Atas jawaban al-Mu’tashim ana ucapkan syukran.

Syamsul Maarif, Jl. Raya Maule Km. 7 Cadas Sepatan Tangerang Jabar.


Jawaban:

Mengenai bacaan sayyidina (pemimpin kami) dalam shalawat shalat yakni ketika tasyahud akhir terdapat dua pendapat di kalangan ulama. Pendapat pertama diungkapkan oleh ulama ahli hadits yang berpegang pada riwayat Basyir bin Saad tatkala ia bertanya kepada Rasulullah Saw., “Wahai Rasulullah, Allah telah memerintahkan kami untuk bershalawat atasmu, lalu bagaimana kami bershalawat?” Beliau tidak segera menjawab sehingga para sahabat berharap Basyir bin Saat tadi tidak bertanya. Kemudian beliau bersabda:

“Ucapkanlah: Ya Allah, berilah rahmat atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat atas Ibrahim; dan berikanlah keberkahan atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan atas keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Memuji lagi Maha Agung.” (H.R. Muslim).

Menurut ahli hadits, sebaiknya mengamalkan shalawat sesuai dengan apa yang tersebut dalam teks riwayat dalam arti tidak perlu menambahkan bacaan sayyidina karena bacaan yang diucapkan Rasulullah di dalam shalat juga tanpa menyebut bacaan sayyidina. Sedang Beliau bersabda

“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.” (H.R. Al-Bukhari, Sindy, I/117).

Ahli hadits berpendapat bahwa melaksanakan perintah dengan mencontoh ibadah shalat yang dilakukan Rasulullah Saw. lebih utama daripada melakukan adab (yakni membaca sayyidina).

Pendapat kedua dikemukakan oleh ulama tasawuf dan ahli adab. Mereka memilih menambah bacaan sayyidina dalam shalat karena berangkat dari perasaan hormat yang tinggi terhadap Rasulullah Saw. Mereka berpendapat bahwa suatu saat melaksanakan adab lebih utama daripada melaksanakan perintah. Hal ini diqiyaskan pada apa yang telah dilakukan Abu Bakar r.a. ketika beliau menjadi imam menggantikan Rasulullah yang sedang sakit waktu itu. Pada saat sedang berlangsungnya shalat, Rasulullah datang dan memerintahkan Abu Bakar untuk tetap menjadi imam. Namun, Abu Bakar memilih mundur, tidak melaksanakan perintahnya karena rasa hormatnya kepada Rasulullah Saw. (H.R. al-Bukhari, Sindy, I/214).

Mengenai hadits yang berbunyi:

“Jangan kamu membaca sayyidina di dalam shalat.”

Hadits ini dikatakan oleh para ahli hadits tidak ada sumber yang jelas. Sebagian mengatakan bahwa hal itu termasuk kedustaan yang dibuat-buat. (Kasyful Khafa’ Wa Muzîlul Ilbâs, Jilid II hal. 354).

Dengan demikian masing-masing pendapat, baik yang menambahkan bacaan sayyidina maupun yang tidak, keduanya mempunyai pedoman sendiri-sendiri. Oleh karena itu, silakan masing-masing beramal sesuai dengan pedomannya. Yang diperlukan umat Islam di dalam perbedaan ini adalah sikap tasamuh (tepa selira) antar sesama.

[]

0 comments: