Termasuk pengaruh positif (atsar) rasa saling mencintai karena Allah adalah ketika Allah mengumpulkan kita dalam Kutlah yang indah ini. Kutlah yang berdiri untuk Islam dengan mendermakan segala kemampuan demi menyelamatkan umat ini dari aneka ragam pemikiran yang merusak demi mencetak generasi muslim yang terbina, berangkat dari firman Allah swt.,”Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kami dikembalikan.” QS. Al-Baqarah: 245.
Telah dimaklumi bahwa lipatganda pahalah adalah bagian dari anugerah Allah dan anugerah Allah itu luas. Allah Maha Pemilik anugerah yang agung. Lipatganda pahala terpaut sesuai dengan jerih payah orang yang beramal karena Allah. Lipatganda pahala menjadi motivasi untuk giat beramal karena Allah di samping melawan kedodoran (Futur) serta rasa malas. Lipatganda pahala juga menjadikan muslim sebagai seorang Raghib, Shadiq, dan Mukhlish. Keterpautan tersebut dijelaskan oleh Allah:
1. ”Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang merek sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” QS. Al-An’am: 160.
2. ”Dan Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” QS. Al-Baqarah: 265.
3. ”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” QS. Al-Baqarah: 261.
4. Sesuatu (pahala) yang terus mengalir setelah manusia meninggal dunia seperti sabda Rasulullah saw.,”Ketika anak Adam meninggal maka amal-amal terputus darinya kecuali dari sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaat dan anak shaleh yang selalu mendoakannya.” HR. Muslim Bab Ma Yalhaq al Ihsan min ats tsawab ba’da wafatih). Hadits ini semestinya bisa dipergunakan memotivasi dan meneguhkan diri kita berada dalam Kutlah ini yang secara bersama-sama mengikat dan menghubungkan kita dengan tiga hal tersebut; Sedekah jariyah demi perluasan dalam kepengurusan, Ilmu yang bermanfaat demi memperdalam wawasan keIslaman kita yang mempunyai modul, ciri khas tersendiri atas dasar penyatuan fikrah sebagai suatu aktifitas bersama, Anak yang shaleh yang selalu mendoakan demi mencetak generasi yang memiliki keimanan kuat sebagaimana diperingatkan Allah, ”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” QS. An-Nisa’: 9.
Catatan:
a. Sabda Rasulullah saw.,”Yad’u lahu (yang selalu mendoakannya)” teks ini tidak bersifat mengikat (taqyiid), tetapi hanya sekedar dorongan (tahridh), sebab orang tua tetap mendapatkan pahala (poin) dari anak shalehnya setiap kali si anak beramal shaleh baik ia berdoa untuk orang tuanya maupun tidak berdoa atau sekedar menunjukkan makna taghlib (kebanyakannya) sesuai keberadaan anak sebagai seorang yang paling peduli memperbanyak doa untuk orang tuanya.
b. Sesuatu (pahala/poin) yang dikumpulkan untuk orang yang menyeru kepada petunjuk ketika ia juga mendapatkan pahala sepadan dengan pahala orang-orang yang mengikutinya seperti disebutkan dalam hadits, (Barang siapa yang menyeru kepada petunjuk maka baginya pahala sepadan dengan pahala orang-orang yang mengikutinya, sedikitpun itu tidak mengurangi pahala mereka. Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka baginya dosa sepadan dengan dosa orang yang mengikutinya, sedikitpun itu tidak mengurangi dosa-dosa mereka.” HR. Ahmad Muslim.
Seperti yang berkembang pada masa ini berupa akad dengan sistem MLM (Multi Level Marketing).
Abuya As Sayyid al Habib Muhammad bin Alawi al Maliki al Hasani dalam Dzikrayat wa Munasabat hal 137 mengatakan:
Dan itu semua menjadi berlipat ganda dengan keberadaan penyeru petunjuk atau perintis suatu sunnah hasanah yang mendapat pahala dari orang yang mengikuti dan menjalankannya sesuai dengan jumlah mereka yang kemudian lipat ganda tersebut juga berlaku bagi Nabi kita Muhammad saw. Selaku manusia yang menunjukkan sekaligus diutus kepada orang tersebut. Jadi tiada seorang Arif dari umat ini kecuali Rasulullah saw. Juga mendapat pahala yang sepadan dengan pahala makrifatnya serta digabungkan dengan makrifat-makrifat Beliau saw. Tiada seorang pemilik Hal dari umat ini kecuali Rasulullah saw. Juga mendapat pahala sepadan dengan pahala Halnya seraya digabungkan dengan Ahwaal Beliau saw. Tiada Maqalah yang mengantarkan kepada kedekatan dengan Allah swt. Kecuali Rasulullah mendapatkan pahala sepadan Maqalah tersebut seraya digabungkan dengan Maqalah dan penyampaian Risalah Beliau. Tiada amal yang mengantarkan kepada kedekatan dengan Allah Azza wajalla yang berupa shalat, zakat, memerdekakan budak, jihad, berbakti, berbuat baik, dzikir, sabar, dan memaafkan kecuali Rasulullah saw. Mendapatkan pahala sepadan dengan orang yang menjalankan amalan tersebut seraya digabungkan dengan amal-amal Beliau. Tiada derajat tinggi dan martabat mulia yang dicapai seseorang dari umat ini atas bimbingan dan petunjuk Beliau kecuali Beliau juga mendapatkan pahala sepadannya seraya digabungkan dengan derajat Beliau saw.
Karena itulah dikatakan:
Cintailah Nabimu, agungkanlah derajatnya.
Bersikaplah pelit dengan agamamu, selamat terlihat ada dosa pada dirimu.
[]
Mar 9, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment