Tausiyah Bulanan Desember 2009
Tempat: Sentra Dakwah Ketintang Surabaya.
Dari Al-Qur’an al Karim adalah firman Alloh ta’alaa:
1. “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.” (QS. An-Nisaa: 9).
a. Dalam Iman dan Ilmu mereka selaku sarana yang mengantar pada ketinggian derajat mereka (QS. Al-Mujadilah: 11)
b. Sebab mereka menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan syahwat. (QS. Maryam: 59)
2. “…Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran: 79)
Rabbani bahasa ini dinisbatkan kepada bahasa Ar Rabb di luar qiyasnya sebab orang tersebut mengenal Tuhannya (Ar Rabb) sekaligus selalu taat kepada-Nya.
Dikatakan bahwa Rabbani adalah seorang yang mentarbiyah (mendidik) manusia ilmu, amal, semangat dan mencontohkan kepribadiannya. Hal-hal tersebut berdiri di atas dua dasar:
a. Mengajarkan Al-Qur’an (karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab). Karena inilah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memiliki perhatian besar terhadap pengajaran Al-Qur’an khususnya bagi anak-anak kecil. Ini adalah tingkatan bagi pemula (al Mubtadi).
b. Mengkaji Al-Qur’an (dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya) artinya menghafal atau merenungi maknanya. Dari sini bisa dimengerti bahwa bahasa mempelajari (Ad Dars) lebih spesifik daripada bahasa yang pertama (ta’lim). Bahasa Ad Dars juga menuntut adanya kondisi betul-betul memahami dengan kuat (tamakkun). Ini adalah tingkatan bagi seorang yang telah berada di tingkatan atas (al muntahi) karena Al-Qur’an adalah ensiklopedi dan gudang pengetahuan pertama kali yang dikenal oleh manusia.
Prinsip ini memberikan faedah:
a. Mengarahkan anak-anak untuk menyakini sesungguhnya Alloh adalah Tuhan mereka dan bahwa Al-Qur’an ini adalah firman-Nya.
b. Meresapnya ruh Al-Qur’an ke dalam hati mereka dan bersinarnya cahaya Al-Qur’an dalam hati, pemahaman dan indera mereka.
c. Mentalqin mereka Aqidah Al-Qur’an sejak usia dini.
d. Mereka akan tumbuh berkembang dalam kecintaan kepada Al-Qur’an dan memiliki ikatan dengannya; menjalankan perintah-perintahnya, menajauhi larangan-larangannya, berakhlak dengan akhlaknya serta berjalan sesuai manhaj-manhajnya sehingga mereka tumbuh di atas fitrah dan berikutnya cahaya-cahaya hikmah akan menerangi hati mereka sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan sebelum hati menjadi hitam oleh kotoran-kotoran maksiat dan kesesatan sebagaimana dikatakan dalam syair:
Datang kepadaku keinginan kepadanya sebelum aku mengerti apakah sebenarnya keinginan itu. Keinginan itu akhirnya mengenai hati yang kosong sehingga melekat begitu kuat.
3. “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu.” Ini memberikan isyarat Manhaj Rabbani dalam mendidik generasi seperti dalam rumus ini:

Dari hadits Nabawi adalah sabda Beliau shallallahu alaihi wasallam:
“Pokok ilmu ada tiga macam sedang selain itu adalah fadhl; yaitu ayat muhkamah, sunnah qa’imah, dan hukum warisan yang adil.” (HR. Abu Dawud Ibnu Majah Hakim dari Ibnu Amar bin Ash ra. Hadits shahih/lihat Faidhul Qadiir 4:386)
Muhkamah artinya jelas tak ada samar sama sekali (qa’imah) artinya tetap dan langgeng, terjaga dan terus diamalkan (adilah) artinya adil (fadhl):
- yang jamaknya adalah fudhuul yaitu sesuatu yang tiada kebaikan di dalamnya sehingga orang yang sibuk dengan sesuatu tak berguna disebut fudhuuli.
- Atau jamaknya fadhaa’il yaitu sesuatu yang ada kebaikkan di dalamnya dan memang dianjurkan.
***
Tempat: Sentra Dakwah Ketintang Surabaya.
Dari Al-Qur’an al Karim adalah firman Alloh ta’alaa:
1. “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.” (QS. An-Nisaa: 9).
a. Dalam Iman dan Ilmu mereka selaku sarana yang mengantar pada ketinggian derajat mereka (QS. Al-Mujadilah: 11)
b. Sebab mereka menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan syahwat. (QS. Maryam: 59)
2. “…Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran: 79)
Rabbani bahasa ini dinisbatkan kepada bahasa Ar Rabb di luar qiyasnya sebab orang tersebut mengenal Tuhannya (Ar Rabb) sekaligus selalu taat kepada-Nya.
Dikatakan bahwa Rabbani adalah seorang yang mentarbiyah (mendidik) manusia ilmu, amal, semangat dan mencontohkan kepribadiannya. Hal-hal tersebut berdiri di atas dua dasar:
a. Mengajarkan Al-Qur’an (karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab). Karena inilah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memiliki perhatian besar terhadap pengajaran Al-Qur’an khususnya bagi anak-anak kecil. Ini adalah tingkatan bagi pemula (al Mubtadi).
b. Mengkaji Al-Qur’an (dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya) artinya menghafal atau merenungi maknanya. Dari sini bisa dimengerti bahwa bahasa mempelajari (Ad Dars) lebih spesifik daripada bahasa yang pertama (ta’lim). Bahasa Ad Dars juga menuntut adanya kondisi betul-betul memahami dengan kuat (tamakkun). Ini adalah tingkatan bagi seorang yang telah berada di tingkatan atas (al muntahi) karena Al-Qur’an adalah ensiklopedi dan gudang pengetahuan pertama kali yang dikenal oleh manusia.
Prinsip ini memberikan faedah:
a. Mengarahkan anak-anak untuk menyakini sesungguhnya Alloh adalah Tuhan mereka dan bahwa Al-Qur’an ini adalah firman-Nya.
b. Meresapnya ruh Al-Qur’an ke dalam hati mereka dan bersinarnya cahaya Al-Qur’an dalam hati, pemahaman dan indera mereka.
c. Mentalqin mereka Aqidah Al-Qur’an sejak usia dini.
d. Mereka akan tumbuh berkembang dalam kecintaan kepada Al-Qur’an dan memiliki ikatan dengannya; menjalankan perintah-perintahnya, menajauhi larangan-larangannya, berakhlak dengan akhlaknya serta berjalan sesuai manhaj-manhajnya sehingga mereka tumbuh di atas fitrah dan berikutnya cahaya-cahaya hikmah akan menerangi hati mereka sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan sebelum hati menjadi hitam oleh kotoran-kotoran maksiat dan kesesatan sebagaimana dikatakan dalam syair:
Datang kepadaku keinginan kepadanya sebelum aku mengerti apakah sebenarnya keinginan itu. Keinginan itu akhirnya mengenai hati yang kosong sehingga melekat begitu kuat.
3. “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu.” Ini memberikan isyarat Manhaj Rabbani dalam mendidik generasi seperti dalam rumus ini:

Dari hadits Nabawi adalah sabda Beliau shallallahu alaihi wasallam:
“Pokok ilmu ada tiga macam sedang selain itu adalah fadhl; yaitu ayat muhkamah, sunnah qa’imah, dan hukum warisan yang adil.” (HR. Abu Dawud Ibnu Majah Hakim dari Ibnu Amar bin Ash ra. Hadits shahih/lihat Faidhul Qadiir 4:386)
Muhkamah artinya jelas tak ada samar sama sekali (qa’imah) artinya tetap dan langgeng, terjaga dan terus diamalkan (adilah) artinya adil (fadhl):
- yang jamaknya adalah fudhuul yaitu sesuatu yang tiada kebaikan di dalamnya sehingga orang yang sibuk dengan sesuatu tak berguna disebut fudhuuli.
- Atau jamaknya fadhaa’il yaitu sesuatu yang ada kebaikkan di dalamnya dan memang dianjurkan.
***