
Seri Aqidah: Islam, Bagaimana Anda Memahaminya?
1. Islam memberikan suatu cara pemecahan problem hidup bagi manusia dengan pemecahan yang sempurna untuk mewujudkan suatu syakhshiyah yang istimewa, yang lain dari yang lain. Pemikiran-pemikiran manusia itu dipecahkan Islam dengan aqidahnya. Sebab, dalam Islam, aqidah dijadikan sebagai landasan berpikir (qa’idah fikriyah) yang menjadi dasar manusia dalam membangun pemikiran-pemikiran, dan membina mafahim serta muyulnya yang sekaligus membentuk aqliyah dan nafsiyahnya. Dan aqidah dijadikan sebagai landasan berpikir yang menyeluruh tentang alam, kehidupan dan manusia.
Pada saat yang sama, Islam menangai perbuatan manusia yang muncul dari kebutuhan jasmani dan gharizahnya dengan hukum-hukum syara’ yang memancar dari aqidah Islam. Penanganan dan pengaturan yang dilakukan Islam adalah pengaturan yang benar, ia mengatur gharizah, tidak menindasnya; ia pun mengarahkan dan menyalurkannya, tetapi tidak membiarkannya liar tanpa kendali, dan ia pun menyiapkan pemenuhan kebutuhan dengan pemenuhan yang teratur yang mengantarkan kepada ketentaraman dan ketenangan.
2. Dari sini kita dapati, bahwasannya Islam membentuk Syakhshiyah Islamiyah dengan aqidah Islamiyah. Dengan aqidah itu dibentuklah aqliyah dan nafsiyah. Jelaslah bahwa aqliyah Islamyah adalah berpikir atas asas Islam. Artinya, menjadikan Islam sebagai satu-satunya standar umum tentang berbagai pemikiran mengenai kehidupan. Tetapi aqliyah Islamiyah tidaklah dikhususkan untuk akal orang-orang cerdik pandai atau kaum pemikir semata. Sebab, dengan samata-mata menjadikan Islam sebagai asas bagi seluruh pemikiran secara praktis dan faktual, berarti seseorang telah membentuk suatu aqliyah Islamiyah dalam dirinya.
Nasfiyah Islamiyah terbentuk dengan dijadikannya Islam sebagai asas bagi seluruh kecenderungan. Artinya, ia dijadikan Islam sebagai satu-satunya standar umum dalam aktivitas pemenuhan kebutuhan. Nafsiyah ini bukan nafsiyah mutabattilah (yang tidak mau menikah) atau mutasyaddidah (yang menyiksa diri). Sebab hanya dengan menjadikan Islam sebagai standar bagi seluruh aktifitas pemenuhan kebutuhannya secara praktis dan faktual, berarti seseorang telah membentuk nafsiyah Islamiyah dalam dirinya.
Dengan aqliyah dan nafsiyah Islamiyah tersebut, terbentuklah Syakhshiyah Islamiyah tanpa memandang tingkatan dan ragamnya. Sebab, setiap orang yang berpikir di atas asas Islam dan menjadikan hawa nafsunya patuh terhadap Islam, berarti telah terwujud dalam dirinya suatu Syakhshiyah Islamiyah.
3. Islam memerintahkan melakukan penambahan penguasaan tsaqofah Islamiyah untuk mengembangkan pemikiran tersebut, sehingga memiliki kemampuan menstandarisasi setiap pemikiran. Islam pun memerintahkan untuk melakukan amal-amal fardu dan sunnah serta amal-amal yang dicintai Allah ta’ala, mencegah sebanyak mungkin mengerjakan hal-hal yang haram, makruh, atau syuhbat demi memperkuat nafsiyah tersebut, sehingga ia memiliki kemampuan untuk menolak setiap kecenderungan yang berlawanan dengan Islam. Tetapi, semua itu adalah berfungsi untuk meningkatkan derajat Syakhisiyah Islamiyah dan menjadikannya berjalan di jalan yang luhur dan terhormat di dunia ini, dan memperoleh ridlo Allah ta’ala di dunia dan akhirat. Tidak berarti yang tidak mengerjakan itu semua telah kehilangan Syakhsiyah Islamiyah. Kita maklumi bahwa syakhshiyah seseorang berbeda tingkatannya, ada yang kuat ada yang terpisah.

Salah besar mereka menyangka bahwa Islam itu suatu khayalan; bahwa Islam itu mustahil diterapkan. Islam itu ibarat sesuatu yang sangat luhur yang tidak mungkin manusia mampu menerapkan atau sabar terhadapnya. Mereka menghalangi manusia dari Islam, dan melumpuhkan banyak orang untuk berbuat.
Padahal Islam datang ke dunia untuk diterapkan secara praktis. Islam itu adalah sesuatu yang nyata, tidaklah sulit untuk menerapkannya. Islam ada dalam jangkuan setiap manusia, betapapun lemah pemikirannya, dan bagaimanapun kuatnya naluri serta kebutuhan jasmaninya. Bagi orang tersebut mungkin saja menerapkan Islam pada dirinya dengan mudah, setelah ia memahami aqidah Islam dan membentuk kepribadian Islam dalam dirinya.
Setelah itu semua tidak wajib atasnya, kecuali mencari nilai tambah dengan meningkat tsaqofah Islamiyah untuk mengembangkan aqliyahnya, dan sanggup melaksanakan syariat Islam untuk memperkokoh nafsiyahnya. Dengan demikian dia beridentitas dengan sifat-sifat khusus yang dia miliki dan dikenal di kalangan orang banyak serta terlihat seperti gunung yang menjulang tinggi. Sifat-sifat khusus tadi adalah hasil (natijah) yang pasti bagi dirinya, didasarkan atas pemahaman silah (hubungan) dan tsiqoh (kepercayaan penuh) pada Allah ta’ala. Karena itu ia tidak terikat dengan syara’ kecuali untuk menggapai keridloan Allah ta’ala semata. Dengan syakhshiyah Islamiyah ia mampun bersikap keras dan kasih sayang dalam waktu yang sama (pada saat ia bergerak dalam bidang militer dan kepemimpinan), ia juga mampu bersikap zuhud dan memanfaatkan kenikmatan. Ia memahami kehidupan dunia ini dengan pemahaman yang benar dan menguasai dunianya menurut hak yang berlaku, serta memacu dirinya untuk memperoleh kehidupan akhirat yang baik. Karena itu ia tidak terlena dalam perbuatan dan sifat yang di perbuat dan dimiliki oleh para penyembah dunia, tidak terpengaruh pula oleh sikap yang mengesampingkan keduniaan dan berpakaian agar dianggap zuhud (yang sebenarnya bukan zuhud tetapi taqossuf/hindy).
Al Qur’anul Karim menyebutkan beberapa contoh syakhshiyah dalam beberapa ayat, seperti ketika Allah ta’ala menyebutkan sahabat-sahabat Rasulullah sholallahu alaihi wasallam, orang-orang mukmin, hamba-hamba Allah ar Rahman dan para mujahiddin, di antaranya:
1. Firman Allah ta’ala yang artinya
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. QS. Al Fath: 29
2. Firman Allah ta’ala yang artinya
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah. QS. At Taubah: 100
3. Firman Allah ta’ala yang artinya
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, Dan orang-orang yang menunaikan zakat. QS. Al Mu'minun: 1-4
4. Firman Allah ta’ala yang artinya
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, jauhkan azab Jahannam dari Kami, Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal". QS. Al Furqon: 63-65
5. Firman Allah ta’ala yang artinya
Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama Dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. dan mereka Itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. Allah telah menyediakan bagi mereka syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. QS. At Taubah: 88-89
6. Firman Allah ta’ala yang artinya
Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat Munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. QS. At Taubah: 112
***
Doa Ikhtitam
Ya Alloh, sucikanlah hati kami dari kemunafikan, sucikanlah pekerjaan kami dari riya’, sucikanlah lidah kami dari berbohong, sucikanlah mata kami dari pengkhianatan, sesungguhnya Engkau mengetahui mata yang berkhianat dan apa yang tersembunyi di balik dada.
Ya Alloh, sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari kelemahan dan kesusahan. Kami berlindung kepadaMu dari kebodohan dan kebakhilan. Kami berlindung kepadaMu dari rongrongan hutang dan orang-orang yang hendak memaksa.
Ya Alloh, lapangkanlah hati dada kami dengan iman yang meruah kepadaMu dan dengan kepasrahan yang baik kepadaMu. Hidupkanlah kami dengan pengetahuanMu, dan matikanlah kami dengan mati syahid di jalanMu.
Ya Alloh, jadikanlah kami laskar Islam yang ikhlas, pendukung Islam yang mau berbuat. Jadikanlah kami orang-orang yang mau berjihad di jalanMu dan tidak gentar cercaan orang-orang yang suka mencerca.
Amîn Ya Rabbal ‘Alamin.