Oct 29, 2010

Sholat Menghadap ke Ka’bah Secara Tepat

Pertanyaan:

Ada banyak masjid yang membuat shaf agak miring/serong ke arah barat. Jadi tidak tepat ke arah barat. Sebenarnya bagaimana hukum mengarahkan secara tepat ke arah ka’bah bagi orang yang sedang sholat? Mohon penjelasannya!

Karim, Yogya.


Jawaban:

Menghadap kiblat adalah syarat sahnya sholat, sehingga tidak sah orang yang sholat tanpa menghadap kiblat (ke ka’bah), kecuali sholat khauf, sholat di atas kendaraan atau perahu yang diperbolehkan menghadap ke arah mana saja kendaraan itu menghadap. Sebagaimana hadits Nabi SAW:

أنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كاَنَ يُصَلِّى عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُمَا تَوَجَّهَتْ بِهِ

“Bahwa sesungguhnya Nabi SAW pernah sholat di atas kendaraannya (menghadap ke arah ) di mana kendaraannya itu menghadap.” (HR Imam Ahmad, Imam Muslim dan Tirmidzi).
Juga berdasarkan ayat:

وَلله الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأيْنَمَا تُوَلُّوْا فَثَمَّ وَجْهُ الله .إنَّ الله وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

“Dan kepunyaan Alloh-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqoroh :115)

Jadi, orang sholat harus menghadap ke kiblat, bukan ke arah barat. Tentang hal ini tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama mujtahid. Perbedaan mereka adalah apakah harus menghadap ke tubuh /badan ka’bah ataukah cukup dengan perkiraan mengarahkan badan ke arah kiblat.

Golongan Syafi’iyyah dan Hanabilah berpendapat wajib menghadap ke tubuh Ka’bah itu (‘ainul ka’bah).Bagi yang melihatnya wajib tepat menghadap ke ‘ainul ka’bah (tubuh ka’bah), sedangkan bagi yang tidak melihatnya harus menepatkan badannya ke arah ka’bah.

Golongan ini berpegang kepada dhahirnya Surat Al-Baqoroh ayat 144 yang artinya:”Maka hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Harom”. Menurut mereka, yang dimaksud dengan “syathr” adalah arah yang tepat bagi orang yang sedang sholat dan mengena secara tepat dalam menghadapkannya. Jadi menghadap ke ‘ainul ka’bah adalah wajib. Mereka juga beralasan dengan Hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid ra, bahwa ia berkata:

وَلَمَّا دَخَلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم الْبَيْتُ دَعَافِى نَوَاحِيْهِ كُلِّهَا وَلَمْ يُصَلِّ حَتَّى خَرَجَ مِنْهُ , فَلَمَّا خَرَجَ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ فِى قِبَلِ الْكَعْبَةِ وَقَالَ :هَذِهِ الْقِبْلَةُ

“Ketika Nabi SAW masuk ke dalam Baitullah (ka’bah), beliau berdo’a di sekeliling seluruhnya, dan beliau tidak sholat sebelum berada di luarnya, maka ketika beliau sudah keluar, beliau sholat dua roka’at menghadap Ka’bah seraya bersabda:”Inilah kiblat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Sedangkan golongan Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa yang wajib adalah menghadapkan badan ke arah Ka’bah (jihatul ka’bah). Ketentuan ini berlaku bagi orang sholat yang tidak melihat secara langsung ka’bah, yaitu cukup dengan menghadap ke arahnya saja (dengan perkiraan).Tetapi bagi yang melihatnya maka wajib menghadapkan ke tubuh ka’bah (‘ainul ka’bah) secara tepat.

Mereka juga menggunakan dalil Surat Al-Baqoroh ayat 144 tersebut. Menurut mereka, barangsiapa telah menghadap sebuah sisi dari Masjidil Harom , berarti ia telah melaksanakan apa yang diperintahkan, baik persis menghadap ka’bah atau tidak. Kemudian mereka juga mendasarkan kepada Hadits:

مَابَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ قِبْلَةٌ

“Antara timur dan barat itulah kiblat.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

الْكَعْبَةُ قِبْلَةٌ لأَهْلِ الْمَسْجِدِ, وَالْمَسْجِدُ قِبْلَةٌ لأَهْلِ الْحَرَمِ وَالْحَرَمُ قِبْلَةٌ لأَهْلِ الأَرْضِ فِى مَشَارِقِهَا وَمَغَارِبِهَا مِنْ أمَّتِى (رواه البيهاقى)

“Baitullah (ka’bah) itu kiblat bagi ahli masjid (orang yang sholat di dalam Masjidil Harom), dan masjid (Masjidil Harom) adalah kiblat bagi penduduk Harom (Mekkah dan sekitarnya), sedangkan tanah haram adalah kiblat bagi penduduk bumi di Timur dan Barat dari kalangan umatku.”(HR Al-Baihaqy)

Jadi seandainya kaum muslimin diharuskan menghadap ka’bah secara tepat, maka sungguh sangat sulit untuk mengarahkan hal itu bagi orang-orang yang tinggal jauh dari tanah Harom. Padahal, Alloh SWT tidak membebani kewajiban di luar batas kemampuan manusia. Dan Islam tidak mempersulit dalam melaksanakan ajarannya. Oleh karena itu, sudah dianggap sah orang yang sholat dengan mengarahkan tubuhnya ke arah kiblat, sekalipun tidak tepat persis.[]

0 comments: