Jun 20, 2016

Melihat dan Mencekik Setan, Mencari ilmu mulai gendongan Ibu, Pahala Uang Sumbangan yang diselewengkan

Pertanyaan:

A-Saya pernah membaca  Kitab Risalah Muawanah, dan di sana ada bacaan:

وَيَقُوْلُ (رَسُوْلُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ) وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ إِنِّي َلأَرَي الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ فِي خِلاَلِ الصَّفِّ كَأَنَّهُ الْحَذَفُ .   يعْنِي الْغَنَمَ الصِّغَارَ  
Apa tafsiran dari ungkapan al Hadzaf, lalu bagaimana kaitan hadits tersebut jika dikaitkan dengan hadits yang menyebutkan bahwa ketika datang bulan Romadhon maka pintu–pintu surga dibuka, pintu–pintu neraka ditutup serta setan–setan diikat?

B–Seseorang dituntut agar mencari ilmu sejak lahir sampai mati, bisakah anak yang baru lahir itu menuntut ilmu, sedangkan akalnya masih belum sempurna, lantas apakah anak itu berdosa jika tidak menuntut ilmu, padahal dia baru dilahirkan? 

C–Si Fulan pernah memberikan sumbangan uang ke Masjid untuk pembelian semen. Uang tersebut diserahkannya kepada Ta’mir Masjid, tetapi oleh Ta’mir uang itu malah digunakan untuk kepentingan pribadinya. Jika begini apakah uang si Fulan tetap termasuk amal jariyah? Lalu sampai kapan pahala amal jariyah itu tetap mengalir?

Muhammad Adnawi, Pangarangan Sumenep Madura



Jawaban:

A–Ungkapan ini adalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra tentang pentingnya serta perhatian besar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam soal mengatur barisan dalam sholat. Lengkapnya hadits tersebut adalah:

رُصُّوْا صُفُوْفَكُمْ وَقَارِبُوْا بَيْنَهَا وَحَاذُوْا بِاْلأَعْنَاقِ فَوَالَّذِي ..

 “Lekatkanlah (rapatkan) barisan kalian, dekatkanlah di antaranya (antara barisan depan belakang/ sekitar tiga hasta atau tiga kali 48 CM), dan luruskan leher, maka demi Dzat yang diriku ada dalam KekuasaanNya, sungguh aku melihat setan masuk di sela–sela barisan laksana kambing hitam / Hadzaf”

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud nomor 660 serta juga ditulis oleh Imam Nawawi dalam Riyadhus Sholihin. Maksud kata al Hadzaf, adalah sesuai dengan artinya sendiri yaitu anak kambing hitam yang banyak terdapat di daerah Yaman. Dan memang dalam Hadits ini Rosululloh Saw menjelaskan telah melihat setan dalam bentuk seperti itu. Fenomena ini tentu saja merupakan salah satu keistimewaan Beliau Saw selaku seorang Utusan Alloh. Bahkan  tidak hanya melihat, Nabi Saw juga sempat mencekik setan, seperti sabda Beliau Saw yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh:

إِنَّ الشَّيْطَانَ عَرَضَ لِيْ فَشَدَّ عَلَيَّ لِيَقْطَعَ الصَّلاَةَ عَلَيَّ فَأَمْكَنَنِيَ اللهُ فَذَعَّـتُّـهُ , وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ أُوْثِقَـهُ  إِلَي سَارِيَةٍ حَتيَّ تُصْبِحُوْا فَتَـنْظُرُوْا إِلَيْـهِ , فَذَكَرْتُ قَوْلَ سُلَيْمَانَ : "رَبِّ هَبْ لِيْ مُلْكاً لاَ يَنْبَغِيْ ِلأَحَدٍ مِنْ بَعْدِيْ " فَرَدَّهُ الله خَاسِئًا

“Sesungguhnya setan menggoda dan memaksa supaya memutus sholatku hingga lalu Allah memberiku kemampuan untuk bisa mencekikya. Sungguh aku ingin sekali mengikatnya pada salah satu tiang (masjid) hingga pada pagi harinya kalian bisa melihat, tetapi aku kemudian mengingat do’a Sulaiman: “Ya Tuhanku, berilah diriku kekuasaan yang tidak seyogya dimiliki oleh seorang pun setelahku” akhirnya Allah mengusir setan itu dengan hina” HR Bukhori/Bab Ma Yajuuzu Minal Amal Fissholat.

Adapun hadits tentang pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup serta setan diikat maka jika semua ini diartikan secara zhohir berarti juga menjadi salah satu keistimewaan Nabi Saw yang juga masih terkait dengan masalah di atas soal melihat dan mencekik setan. Sementara jika diartikan lain maka maknanya adalah bahwa pada bulan Romadhon manusia mudah sekali beramal baik yang layak mendapat pahala di surga, sementara dia mudah sekali meninggalkan larangan yang akan menjadikannya masuk neraka serta dalam bulan Romadhon, saat manusia berpuasa setan seperti terikat, maksudnya pengaruhnya kepada manusia sangat lemah, sebab setan berjalan dalam diri manusia mengikuti aliran darah, sementara dalam keadaan berpuasa aliran darah melemah. Wallohu A’lam

B –  
أُطْلبُوُا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَي اللَّحْدِ
“Carilah ilmu mulai ayunan sampai kuburan”

Ungkapan ini bukanlah Hadits, kendati telah biasa diungkapkan oleh banyak orang. Sebagai salah satu buktinya coba anda melihat dan meneliti seluruh kitab – kitab Hadits yang tersebar maka anda tak pernah akan menemukan ungkapan ini tertera di sana. Demikian Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah menegaskan dalam Qiimatuz Zamaan Indal Ulama’. Jika bukan hadits berarti tak ada kewajiban bagi anak yang baru lahir untuk menuntut ilmu. Meski begitu, dari ungkapan ini dapat diambil pelajaran bahwa menuntut ilmu harus dilakukan sejak dini dan tak ada kata berhenti. Ini artinya siapapun dan apapun statusnya seseorang harus terus berusaha menambah ilmu, yang itu berarti dia tetap butuh pada bimbingan dan petunjuk orang lain yang lebih pandai darinya, ingatlah bahwa “Dan di atas orang yang memiliki ilmu ada orang yang memiliki ilmu”QS Yusuf: 76. Dengan terus menambah ilmu berarti seseorang berpeluang untuk terus meningkatkan dan merubah amalnya menuju yang lebih baik, sebab barang siapa yang mandek ilmunya maka mandek pula amalnya. Terus menambah ilmu juga diperintahkan oleh Allah dalam firmanNya: “Dan berdo’alah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu untukku” QS Thoha : 114. Rosululloh Saw sendiri berdo’a: “Ya Allah, berilah aku manfaat ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku hal yang bermanfaat bagiku dan tambahilah ilmuku, dan segala puji bagi Alloh dalam semua keadaan”HR Turmudzi.

Perlu juga dimengerti bahwa seorang anak tidak termasuk Mukallaf, sehingga dia baligh. Kendati demikian jika si anak melakukan kebaikan maka ada pahala masuk ke rekening amal  orang tua, sebab anak adalah hasil usaha dan jerih payah orang tuanya. Sebaliknya jika si anak melakukan keburukan maka sama sekali tak ada dosa bagi orang tua. Ingatlah firman Allah: “Seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain” QS al An’am: 164. Anugerah Allah ini diperjelas oleh sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam  riwayat Anas ra:

الْمَوْلُوْدُ حَتيَّ يَبلَغَ الْحِنْثَ  مَا عَمِلَ مِنْ حَسَنَةٍ كُتِبَتْ لَهُ وَلِوَالِدَيْهِ وَمَا عَمِلَ مِنْ سَيِّـئَةٍ لَمْ تُكْتَبْ عَلَيْهِ وَلاَ عَلَي وَالِدَيْهِ فَإِذَا بَلَغَ الْحُلُمَ أُجْرِيَ عَلَيْهِ الْقَلَمُ

“Seorang bayi sampai dewasa, kebaikan yang dia lakukan ditulis untuknya serta kedua orang tuanya. Sedang amal keburukan yang dia lakukan tidak ditulis atasnya atau kedua orang tuanya. Dan ketika dia mencapai dewasa maka Qolam berjalan atasnya”( Fathur Rohiimu Rohmaan.)

C- Selama si Fulan tulus semata karena Allah dalam memberikan uang itu untuk membeli semen sebagai amal jariyah baginya maka Insya Allah dia tetap dan terus akan mendapatkan pahala. Sebab Allah Maha Pemberi anugerah memberi pahala seseorang karena niat lebih besar daripada memberi pahala karena amal. Sungguh amal tanpa niat tidak sah dan sama sekali tidak mendapat pahala, sementara hanya dengan niat seseorang bisa memperoleh pahala besar. Ingatlah sabda Rasulullah Saw: “Sesungguhnya sahnya amal adalah dengan niat, dan bagi setiap orang apa yang dia niatkan”Muttafaq Alaihi.

Dalam Jawahir al Lu’luiyyah (Syarah Arbain an Nawawiyyah milik Muhammad bin Abdullah al Jardaani ad Dimyathi), disebutkan bahwa pada hari kiamat nanti Allah berfirman kepada malaikat pencatat amal: “Tulislah untuk hambaKu pahala begini dan begini!”. Para malaikat pencatat amal bertanya: Ya Alloh, kami tidak mendapatkan ini semua darinya, atau dalam catatan amalnya. Allah lalu berfirman: “Dia telah meniatinya”. Disebutkan pula bahwa pada kiamat nanti ada seorang yang menerima buku catatan amalnya dengan tangan kanan, lalu di sana dia menemukan haji, jihad dan sedekah, padahal dia merasa tidak pernah melakukannya. Dia berkata: Ini bukan catatan amalku, sebab aku tidak pernah melakukan ini semua. Alloh lalu berfirman: “Ini memang catatan amalmu, sebab kamu telah hidup berusia panjang dan selalu mengatakan: Andai aku punya harta maka aku akan berhaji, andai aku punya harta maka aku akan bersedekah. Aku mengerti bahwa itu semua muncul dari kesungguhan niatmu hingga Akupun memberikan pahala semua itu untukmu”. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيُعْطِي الْعَبْدَ عَليَ نِيَّـتِهِ مَا لاَ يُعْطِيْهِ عَلَي عَمَلِهِ


“Sesungguhnya Alloh pasti memberi seorang hamba karena niatnya apa yang tidak Dia berikan kepadanya karena amalnya”HR Dailami.

0 comments: