Allah Subhaanahuu
wata’aalaa berfirman:
“Dan
bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam),
benar–benar
Kami
akan memberi minum kepada mereka air yang segar “ QS
al Jinn: 16.
Dalam menjalani hidup
sebagai seorang beriman, ada sebuah tanggung jawab yang mesti dilakukan yaitu
ber Istiqomah dalam
segala aspek keimanan. Baik dalam Aqidah, Suluk,
maupun Amal. Sesungguhnya orang–orang yang berkata: “Tuhan
kami adalah Allah kemudian mereka ber Istiqomah….” QS
Fusshilat: 30. Dalam beraqidah, seorang beriman harus
menjernihkan Aqidahnya
dari hal–hal yang bertentangan dengan watak Aqidah
itu sendiri seperti halnya meyakini adanya kekuatan selain Allah,
meyakini hari naas dan sebagainya. Dalam ber–suluk/berakhlak,
seseorang harus bersikap seimbang tidak ekstrim. Tidak pelit juga tidak terlalu
dermawan. Juga tidak penakut serta juga tidak terlalu pemberani yang dampaknya
adalah sikap ngawur (Tahawwur).
Dalam beramal dan berusaha seseorang juga dituntut untuk ber Istiqomah.
Istiqomah dalam Amal ini
meliputi dua hal pokok:
1).
Bersikap I’tidal atau
bermadia dan tidak memaksakan diri. Karena itu ketika ada sekelompok sahabat
bertekad tidak menikah selamanya, akan semalaman melakukan ibadah atau
senantiasa berpuasa pada siang hari maka Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam segera menegur, “
Kalian orang
yang berkata begini dan begitu. Demi Allah, sungguh aku adalah orang yang
paling takut dan paling bertaqwa kepada Allah , tetapi aku berpuasa juga berbuka.
Aku shalat juga tidur dan aku juga menikahi wanita. Maka barang siapa yang
menjauh dari sunnahku berarti ia bukan golonganku “ HR
Bukhari. Artinya dalam menjalani agama ini (dalam beramal) seseorang
jika berharap bisa Istiqamah maka
ia harus menjauh dari tindakan dua sisi yang sama–sama tidak baik; Tafrith/Taqshiir
(teledeor) dan Ifrath atau
Ghuluw, ekstrim dan terlalu. “
Waspadailah tindakan Ghuluw oleh kalian. Sungguh orang–orang sebelum kalian hancur
sebab Ghuluw dalam beragama “ HR Ahmad. Allah
Subhaanahu wata’aalaa berfirman:
“ Hai ahli kitab, jangan kalian bertindak Ghuluw dalam
agama kalian “ QS an Nisa’: 171. Seseorang
yang tidak bermadia dalam beramal dipastikan terseret pada tindakan Ghuluw yang
akibatnya ia tidak akan bisa eksis dalam beramal. Orang tak ubahnya seperti kendaraan yang
dimuati beban melebihi kapasitas. Dan bisa dipastikan ia tidak akan sampai pada
tujuan. “Sesungguhnya orang yang terlalu memaksakan diri tidak akan sampai
tujuan dan tidak pula bisa merawat punggungnya” maksudnya punggungnya akan
patah. Ibarat mobil yang kelebihan muatan maka ban nya akan pecah. Karena itu
dalam beramal sebaiknya juga diselingi dengan hal–hal yang menyenangkan hati. Sayyidina
Ali ra mengatakan, “Istirahatkanlah (berikan hiburan) hatimu sesaat demi
sesaat. Sebab jika hati itu payah maka ia akan buta “. Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam bersabda: “…
Bermadialah–bermadialah maka kalian akan sampai “ HR
Bukhari.
2). Mudaawamah,
melanggengkan amal. Sesungguhnya amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang
paling langgeng. Karena itulah sangat dianjurkan bagi setiap orang agar
memiliki amalan Istiqamah yang
dengan itu ia memiliki peluang mendapatkan kecintaan dari Allah. Betapapun
kecil suatu amal, tetapi jika dilakukan secara Mudaawamah,
langgeng, terus menerus dan tak pernah telat maka pada suatu saat amal itu akan
memberikan buah manis bagi pelakunya. Dan pada puncaknya amal itu akan
menyelamatkan pelakunya dari kobaran api neraka. Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam bersabda: “
Waspadailah neraka meski hanya dengan secuilkurma “ Muttafaq
alaih
Maksudnya, “Jadikan
antara dirimu dan neraka ada penghalang meski hanya dengan secuil kurma ( meski
dengan hanya sedikit amal). Tentu saja bila sedikit amal tersebut dilakukan
secara rutin dan tidak pernah ditinggalkan” Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam pernah bertanya kepada Bilal, “Ceritakan
kepadaku akan amal yang kamu lakukan dan yang paling kamu harapkan dalam Islam!
Sungguh
aku mendengar suara sandalmu di depanku di surga” Bilal
menjawab: “Saya tidak melakukan amal yang paling saya harapkan daripada setiap
kali bersuci pada malam atau siang hari maka saya pasti melakukan shalat dengan
Thaharah tersebut “Muttafaq alaihi.
0 comments:
Post a Comment