Kekhawatiran
Nabi Saw akan:
Bahaya dan Fitnah Para Preman Aqidah
Dari Abu Dzar ra bahwasanya
Rosululloh Saw bersabda:
غَيْرُ
الدَّجَّالِ أَخْوَفُ عَلَي أُمَّتِيْ
مِنَ الدَّجَّالِ : اْلأَئِـمَّةُ الْمُضِلُّوْنَ
“Selain Dajjal, lebih menakutkan (lebih berbahaya) atas
umatku daripada Dajjal, mereka adalah para pemimpin menyesatkan”
Takhrij Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad
dengan Sanad yang baik (Jayyid). Hadits ini juga dikuatkan oleh
hadits riwayat Imam Muslim yang artinya: “Selain Dajjal lebih
mengkhawatirkan diriku atas kalian; sebab jika Dajjal keluar dan aku berada di
antara kalian maka akulah pembela kalian, dan bila Dajjal keluar saat aku tidak
berada di antara kalian maka seseorang menjadi pembela diri sendiri, sementara
Alloh adalah Kholifahku atas seluruh orang islam”. Juga diperkuat oleh
hadits riwayat Imam Turmudzi:
غَيْرُ
الدَّجاَّلِ أََخْوَفُ لِيْ عَلَيْكُمْ
“Selain
Dajjal lebih mengkhawatirkanku atas kalian”
Uraian Hadits
Salah satu sifat yang melekat pada diri Rosululloh Saw
adalah: “Telah datang kepada kalian seorang utusan…terasa berat olehnya
penderitaan kalian…”QS at Taubah: 128. Perwujudan sifat ini bisa
dilihat dari berbagai kekhawatiran yang pernah Beliau ungkapkan atas umat ini,
antara lain Beliau Saw pernah bersabda: “…demi
Alloh, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian, tetapi aku khawatir
dunia dilapangkan atas kalian seperti telah dilapangkan atas orang – orang
sebelum kalian, lalu kalian berlomba – lomba seperti juga mereka berlomba – lomba
hingga akhirnya dunia menghancurkan kalian seperti juga telah menghancurkan
mereka“Muttafaq Alaih, “Hal
yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah Syirik kecil”, para sahabat
bertanya: Apakah itu Syirik kecil (Syirik Ashghor)? Nabi Saw menjawab: “Pamer,
…”HR Ahmad.
Dajjal
berasal dari kata Dajl yang maknanya menutup, dinamakan Dajjal karena
menutup kebenaran dengan kebatilan. Abu Umamah al Bahili ra berkisah bahwa
Rosululloh Saw pernah berkhutbah: “Sesungguhnya tiada fitnah di bumi, sejak Alloh menciptakan anak keturunan Adam,
lebih besar daripada fitnah Dajjal, sesungguhnya Alloh tak mengutus seorang
Nabi kecuali pasti dia (Nabi itu) memperingatkan umatnya akan Dajjal. Aku
adalah Nabi terakhir, dan kalian adalah umat terakhir, (karena itu) ia (Dajjal)
pasti keluar di antara kalian…wahai para hamba Alloh, tabahkanlah diri kalian!
Sesungguhnya aku akan menyebutkan kepada kalian ciri – cirinya yang belum
pernah disebutkan oleh Nabi siapapun sebelumku. Dia (Dajjal) berkata: “Aku
adalah Nabi” padahal tak ada nabi lagi setelahku. Dia lalu mengatakan: “Aku
adalah Tuhan kalian” padahal kalian tak akan pernah melihat Tuhan sebelum
kalian mati. Dia bermata juling, padahal Tuhan kalian tidak juling. Di dahinya
tertulis “Kafir” dan bisa dibaca oleh orang yang bisa menulis serta orang yang
tidak bisa menulis. ”HR Ibnu
Majah.
Hebat dan dahsyatnya fitnah Dajjal ternyata oleh
Rosululloh Saw tidak lebih mengkhawatirkan daripada fitnah para tokoh sesat
yang memiliki banyak pengagum dan pengikut. Hal ini bisa dimaklumi, sebab
fitnah Dajjal sudah jelas kesesatan dan keburukannya, maka ada upaya untuk
menghindari. Kondisi ini berbeda dengan para tokoh panutan yang sesat,
keyakinan dan segala prilaku sesat mereka akan dengan mudah menjalar kepada
para loyalisnya. Sebab para loyalis menganggap semua yang dilakukan oleh tokoh
pujaan adalah kebenaran dan paling sesuai dengan akal. Dewasa ini sebuah
fenomena menyedihkan sering terjadi di sekitar kita, para tokoh sesat ternyata
banyak bermunculan dengan aneka ragam formalitas; ada yang bersembunyi di balik
baju Intelektual, Jama’ah kebatinan dll. Situasi ini diperparah dengan
keberadaan media – media yang menyokong dan menyebar luaskan ajaran – ajaran
sesat mereka. Intinya media berusaha menciptakan dan membangun opini bahwa apa
yang dilakukan oleh para tokoh sesat tersebut tidak salah dan sangat sesuai
dengan masa sekarang. Akhirnya dapat kita saksikan para tokoh sesat tersebut
seringkali nongol di media dengan berbagai macam ulasan dan tulisan yang
intinya sama, yaitu berusaha menyebar luaskan kesesatan yang mereka anggap
sebagai sebuah kebenaran. Akhirnya terjadilah sebuah realitas seperti
digambarkan oleh Syekh Muhammad Nur Syah al Kasymiri: “Para
penyeru kesesatan, betapa banyak kesesatan, betapa banyak para penyeru kesesatan
dan betapa banyak pula orang – orang yang mengikuti mereka”.
Sebagai seorang beriman yang memiliki kecemburuan
terhadap agamanya, sudah selayaknya kita mengambil tindakan terhadap para Preman
Aqidah tersebut, upaya dialogis sama sekali tak akan memberikan hasil,
hanya ada satu pilihan yaitu bertindak tegas dan represif. Ingat mereka tak
akan pernah menerima nasehat atau koreksi dari orang lain karena akal dan hati
mereka telah tercuci. Dalam kesesatan itu mereka senantiasa dan terus berkata
kami berada dalam kebenaran dan kami memperjuangkan kebenaran. Mereka inilah
orang yang termaksud dalam firman Alloh:
قُلْ
هَلْ نُنَـِّبئُكُمْ بِاْلأَخْسَرِيْنَ أَعْمَالاً , أَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُـهُمْ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا
“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepada kalian
tentang orang – orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang – orang
yang telah sesat perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka
menyangka bahwa mereka berbuat sebaik – baiknya”QS al Kahfi: 103 – 104.
إِنَّ
اللهَ حَجَرَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ
“Sesungguhnya Alloh menghalangi taubat dari setiap pelaku
Bid’ah”HR
Baihaqi.
Karena inilah, setan dalam rangka menyesatkan manusia
meletakkan perbuatan Bid’ah pada urutan kedua setelah kekafiran dalam
jajaran target yang harus dicapai. Supaya selamat dalam beragama serta tidak
hanyut terbawa oleh arus Bid’ah, seseorang disarankan untuk dekat dengan
para ulama yang mengenal dan meneladani Sunnah Nabi Muhammad Saw. Seseorang
diharapkan mengambil dan menimba ilmu dari para guru yang jelas Sanad
keilmuannya. Ibnul Mubarok berkata: “Sanad itu bagian dari agama maka
hendaklah salah seorang dari kalian melihat dari mana dia mengambil agamanya”.
Ibnu Syaudzab seperti dilansir oleh Ibnul Jauzi dalam Talbiis Iblis
berkata: “ Sesungguhnya termasuk nikmat Alloh kepada seseorang adalah apabila
dia bisa berada dekat dengan pelaku Sunnah (Shohib Sunnah) hingga dia terus mendapat dorongan menjalankan
Sunnah”.
Kondisi para pelaku Bid’ah yang sudah tidak bisa
diharapkan lagi untuk bisa bertaubat tersebut, sama dengan yang dialami oleh
manusia – manusia yang teguh dengan kekafiran mereka. Mereka tidak bertaubat
bukan karena tidak mengerti dan menyadari kesalahan mereka, serta bukan pula
karena tidak mengerti kebenaran Islam, tetapi karena memang mereka telah
mendapat laknat dari Alloh Swt, hingga hati mereka pun terkunci mati. Firman
Alloh:
وَقَالُوْا
قُلُوْبُنَا غُلْفٌ , بَلْ لَعَنَهُمُ اللهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيْلاً مَّا
يُؤْمِنُوْنَ
“Mereka
(Yahudi) berkata (kepada Rosululloh Saw): “Hati kami tertutup” tetapi
sebenarnya Alloh telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali
mereka beriman” QS
al Baqoroh: 88
0 comments:
Post a Comment