oleh | K.H. M. Ihya' Ulumiddin
Tausiah Vol XV Edisi 163
Tausiah Vol XV Edisi 163
Ahad, 28 Muharram 1435 / 1 Desember 2013
Alloh
tabaaraka wata’ala berfirman:
“Dan
bacakanlah kepada mereka tentang agama yang telah Kami berikan kepadanya
ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), Kemudian dia melepaskan diri
dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda).
Maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau kami menghendaki,
sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia
cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya...” (QS. Al A’raf: 175-176)
Sesungguhnya
doa pertama yang diajarkan Alloh kepada para hamba-Nya yang berserah diri (kaum
muslimin), yaitu orang-orang yang Alloh telah Memilih mereka di antara makhluk-Nya,
adalah firman Alloh yang artinya, “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus”,
maksudnya teguhkan kami di atas jalan itu dan langgengkan ia untuk kami. Akan
tetapi nikmat memang terkadang dihilangkan dari orang yang tidak bisa
menghargai dan tidak pula menjaganya. Karena itulah Alloh ta’ala berfirman, “...nanti
Kami akan memberikan kepada mereka lanjuran nikmat yang lupa tersyukuri dengan cara yang tidak
mereka ketahui.” (QS. Al A’raf: 182)
Maksudnya
kami menyempurnakan nikmat-nikmat atas mereka sekaligus juga melalaikan mereka
dari bersyukur, juga sebagaimana dikatakan oleh seorang penyair:
Kamu
berbaik sangka kepada hari-hari kala ia (terus memberikan) kebaikan
Sementara kamu tidak pernah mengkhawatirkan hal yang datang bersama takdir
Malam-malam berlalu dengan keselamatan sehingga kamu pun terbuai
Sehingga pada suatu malam terjadilah kekisruhan itu
Sementara kamu tidak pernah mengkhawatirkan hal yang datang bersama takdir
Malam-malam berlalu dengan keselamatan sehingga kamu pun terbuai
Sehingga pada suatu malam terjadilah kekisruhan itu
Dan seperti
dikatakan dalam hikmat:
Tidaklah
burung itu terbang dan meninggi kecuali juga terbang dan (lalu) terjatuh
Bila
demikian halnya maka tidak ada alasan apapun untuk merasa aman, melupakan
kesyukuran, dan membiarkan diri untuk tidak memelas memohon perlindungan
(Alloh).
Bagaimana
mungkin kita aman sedangkan:
-
Al Khalil Ibrahim as. saja masih memohon kepada Alloh: “...dan jauhkan diriku dan anak keturunanku
dari menyembah berhala.” QS. Ibrahim: 35.
-
Yusuf As Shiddiq saja memohon kepada Alloh: “...wafatkanlah
daku dalam keadaan berserah diri (kepadaMu) dan gabungkanlah diriku dengan
orang-orang shaleh.”
Jadi,
betapa kita begitu membutuhkan, benar-benar sangat membutuhkan akan keteguhan
dalam agama pada situasi masa yang genting ini. Dan sungguh dikatakan dalam
kata hikmah:
Pasti
ada pengganti segala sesuatu yang anda tinggalkan
Tetapi tidak ada pengganti bagi Alloh, jika kamu meninggalkan-Nya
Jika dunia masih menyisakan agama bagi seseorang
maka segala sesuatu yang terlepas darinya sama sekali tidaklah membahayakan
Tetapi tidak ada pengganti bagi Alloh, jika kamu meninggalkan-Nya
Jika dunia masih menyisakan agama bagi seseorang
maka segala sesuatu yang terlepas darinya sama sekali tidaklah membahayakan
Adalah
Sufyan at Tsauri rahimahullah mengatakan:
Tidaklah
seorang merasa aman dari bahaya agama kecuali agama itu tercabut (darinya).
Dan tidak
ada pilihan bagi seorang muslim yang terbina kecuali harus meneguhkan hatinya
atas Islam, sesuatu yang telah ditetapinya pada saat ini dengan menjalankan
hal-hal yang telah direkomendasikan pada tausiah kami terdahulu sehingga ia
memiliki dua simpanan besar yang mahal harganya berupa ISTIQOMAH dan ISTIZADAH
(terus mencari tambahan) agar nikmat-nikmat itu langgeng baginya, tidak merasa
takut akan kehilangan sekaligus diberikan tambahan nikmat-nikmat yang belum
pernah diberikan sehingga iapun tidak perlu khawatir tidak akan bisa
mendapatkannya, serta datang pula dari Alloh sesuatu yang sama sekali tidak
terlintas dalam hatinya, disertai permohonan yang terus menerus kepada Alloh
dalam suasana sendiri atau bersama orang lain, berupa:
“Ya
Tuhan kami, jangan sesatkan hati kami setelah Engkau Memberikan petunjuk kepada
kami. Dan anugerahkan kepada kami rahmat hanya dari sisiMu, sesungguhnya Engkau
Maha Pemberi rahmat.”
“Ya
Alloh, sesungguhnya saya memohon kepada-Mu keteguhan dalam urusan, tekad bulat
dalam kebenaran. Saya memohon kepada-Mu bisa mensyukuri nikmat-Mu. Saya memohon
kebaikan ibadah kepada-Mu. Saya memohon kepada-Mu hati yang selamat. Saya
memohon kepada-Mu lidah yang jujur. Saya memohon kepada-Mu kebaikan segala
sesuatu yang Engkau mengetahuinya. Saya memohon perlindungan kepada-Mu dari
keburukan segala sesuatu yang Engkau mengetahuinya. Dan saya memohon ampunan
atas dosa (ku) yang Engkau mengetahuinya.
Sesungguhnya Engkaulah Maha Mengetahui hal-hal yang gaib.”
“Wahai
Dzat yang meneguhkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
Wallahu
yatawalil jami’a birro’aayatih.
0 comments:
Post a Comment