Pertanyaan:
Kali ini, ana menanyakan hukum membaca sayyidina sebelum
mengucap Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sekaligus mohon
disertai dalilnya. Ini ana
tanyakan, mengingat di lingkungan ana perihal membaca sayyidina dan tidak,
khususnya di dalam shalat telah menjadi sumber perselisihan antara sesama
muslim yang tidak baik dipandang. Atas jawaban Al Mu'tashim ana ucapkan
syukron.
Syamsul Maarif, Jl Raya Maule KM 7 Cadas Sepatan Tangerang Jabar
Jawaban:
Mengenai bacaan sayyidina (pemimpin kami)
dalam shalawat shalat yakni ketika tasyahud akhir terdapat dua pendapat di kalangan
ulama. Pendapat pertama diungkapkan oleh ulama ahli hadits yang berpegang pada
riwayat Basyir bin Sa'ad takkala ia bertanya kepada Rasulullah, "Wahai
Rasulullah, Allah telah memerintahkan kami untuk bersholawat atasmu, lalu
bagaimana kami bersholawat?" Beliau tidak segera menjawab sehingga para
sahabat berharap Basyir bin Sa'ad tadi tidak bertanya. Kemudian Beliau
bersabda:
قُوْلُوْا : اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى اَلِ اِبْرَاهِيْمَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
"Ucapkanlah: Ya
Allah, berilah rahmat atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau
telah memberikan rahman atasa Ibrahim; dan berikanlah keberkehan atas Muhammad dan keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan atas keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Memuji lagi Maha Agung". (HR Muslim)
Menurut ahli
hadits, sebaiknya mengamalkan sholawat sesuai dengan apa yang tersebut dalam
teks riwayat dalam arti tidak perlu menambahkan bacaan sayyidina karena bacaan
yang diucapkan Rasulullah di dalam shalat juga tanpa menyebut bacaan sayyidina,
sedang Beliau bersabda :
صَلُّوْا كَمَا رَاَيْتُمُوْنِى اُصَلِّى
"Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku
shalat" (HR Al Bukhari)
Ahli hadits berpendapat bahwa melaksanakan perintah
dengan mencontoh ibadah shalat yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi aasallam
lebih utama daripada melakukan adab (yakni membaca sayyidina).
Pendapat kedua dikemukakan oleh ulama tasawuf dan ahli
adab. Mereka memilih menambah bacaan sayyidina dalam shalat karena berangkat
dari perasaan hormat yang tinggi terhadap Rasulullah shallallahu Alaihi
Wasallam. Mereka berpendapat bahwa suatu saat melaksanakan adab lebih utama
daripada melaksanakan perintah. Hal ini diqiyaskan pada apa yang telah
dilakukan Abu Bakar ra ketika beliau menjadi imam menggantikan Rasulullah yang
sedang sakit waktu itu. Pada saat sedang berlangsungnya shalat Rasulullah
datang dan memerintahkan Abu Bakar untuk tetap menjadi imam. Namun, Abu Bakar
memilih mundur, tidak melaksanakan perintahnya karena rasa hormatnya kepada
Rasulullah shallallahu Alaihi Wasallam.
Mengenai hadits yang berbunyi :
لاَ تُسَوِّدُوْنِى فِى الصَّلاَةِ
"Jangan kamu membaca sayyidina di
dalam shalat"
Hadits ini dikatakan oleh para ahli hadits tidak ada
sumber yang jelas. Sebagian mengatakan bahwa hal itu termasuk kedustaan yang
dibuat-buat. (Kasyful Khafa' Wa Muziilul Ilbaas, Jilid II hal 354)