Jan 27, 2011

Makar Musuh-Musuh Islam Terus Berlangsung

وَاِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ اَوْ يَقْتُلُوكَ اَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ وَاِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا قَالُوا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هَذَا اِنْ هَذَا اِلاَّ اَسَاطِيرُ اْلاَوَّلِينَ

"Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang purbakala". (QS. Al Anfaal : 30-31)

Analisis Ayat
يَمْكُرُ بِكَ (memikirkan tipu daya terhadapmu) bentuk fi'il mudlari' atau kata kerja yang menunjukkan perbuatan sedang (hal) dan akan datang (istiqbal) memiliki fungsi makna penunjukan atas berlakunya perbuatan tersebut secara terus menerus. Dalam hal ini maksudnya adalah perbuatan orang-orang kafir dalam memikirkan tipu daya terhadap kaum muslimin untuk menangkap dan memenjarakan, membunuh, dan mengusir mereka tidak hanya terjadi antara kafir Quraisy dan pengikut Rosululloh saw. di kala itu saja. Sikap dan perbuatan mereka di dalam memusuhi kaum muslimin, siasat dan makar yang mereka lakukan akan terus berlangsung sampai kapanpun, sepanjang masa.

Makna dan Penjelasan Ayat
Makar adalah siasat atau rencana yang dilakukan secara terselubung untuk menyampaikan suatu akibat buruk, kecelakaan, keteraniayaan, atau penderitaan kepada seseorang yang dituju (al mamkur bihi) tanpa terduga sebelumnya.


Dalam ayat ini Alloh Swt. menyebutkan anugerah yang telah diberikan kepada Rosululloh saw. secara pribadi. Dimana Alloh Swt. telah mengingatkan Rosululloh saw. pada masa yang relatif singkat, di saat orang-orang kafir melakukan makar yang dilakukannya secara terselubung melalui beberapa insiden yang membahayakan diri beliau. Namun siasat dan rencana buruk mereka semuanya dapat digagalkan. Peristiwa demi peristiwa yang terjadi tersebut sebenarnya merupakan penunjukan yang dilakukan Alloh Swt. kepada orang-orang kafir dan kaum muslimin di masa Nabi saw. dan masa sesudahnya sebagai argumen terkuat atas kebenaran dakwah yang dibawa oleh beliau, dan kebenaran janji Alloh untuk senantiasa memberi pertolongan kepadanya. Makar, siasat, atau rencana yang dilakukan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin sepanjang masa hampir tidak terlepas dari tiga cara. (1) Memenjara dan mengisolir mereka dari berinteraksi dengan masyarakat luas. (2) Membunuh secara massal. (3) Mengeluarkan kaum muslimin dari negerinya. Hanya Alloh Swt. saja yang dapat menahan setiap rekayasa buruk mereka, rekayasa yang telah dilakukan terhadap Nabi saw. dan para sahabatnya, karena Dialah sebaik-baik pembalas tipu daya.

Sedangkan rekayasa orang-orang kafir terhadap agama Islam dan kitab suci Al Qur'an adalah memberikan komentar bahwa. "kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini." Demikian mereka mengatakannya dengan kebodohan, pembangkangan, permusuhan, kedunguan, dan penuh kesombongan. Padahal dalam kenyataannya tidak ada satupun dari mereka yang mampu menandingi keindahan sastra dan bahasa yang terkandung di dalam Al Qur'an. Dahulu pernah muncul seorang yang mengaku nabi, Musailimah Al Kadzdzab dengan Al Qur'an tandingannya yang lucu, kekanak-kanakan, dan jauh dari pesan kebenaran. Di zaman ini muncul juga seperti Salman Rusydi dengan ayat-ayat syetannya yang menggemparkan, subjektif, penuh antagonisme, dan sinisme terhadap kesamaan hak asasi manusia.

Dari penjelasan ini kita disadarkan, bahwa bagi setiap aktivis Islam, pembela kemurnian ajrannya, penyelaras keteladanan yang dibawa Rosululloh saw. dalam berdakwah, bermujahadah membela kemuliaan Islam dan kaum muslimin akan selalu berhadapan dengan teror, mendapatkan tekanan, pemboikotan, pengucilan (terisolir), penculikan, penahanan, penyiksaan, bahkan sampai pada tingkat pembunuhan dan pembantaian yang dilakukan secara massal, dengan perang misalnya, bom nuklir, atau senjata pemusnah massa lainnya. Akan tetapi kita juga perlu menyimpan kuat ingatan, bahwa pembelaan Alloh Swt. dan pertolongan-Nya terus ada bersama kita.

Makar Musuh Islam Kini
Keberlangsungan makar yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap kaum muslimin terus bergulir dari masa ke masa. Dan ketika kita masih berpijak di abad ini, di saat banyak orang mendengungkan perdamaian, kesetaraan gender, kebebasan hak, dan persamaannya. Di tempat yang tak sama, di negeri yang berbeda, akan tetapi masih di bumi yang satu. Sebuah negara adidaya, Amerika Serikat, dan beberapa sekutunya sesama pecundang perang, melancarkan serangan terhadap kota Baghdad, Irak, negeri seribu satu malam. Dimana tersimpan di dalamnya sejarah-sejarah agung peradaban Islam, lahir di tanahnya juga ribuan sarjana muslim terkenal, dan yang tak pernah terlupakan, kekhilafahan Islam pernah berkuasa beberapa abad lamanya disana di bawah kedaulatan Dinasti Abbasiyah (133-656 H/750-1258 M) .
Tepat pada hari selasa, 18 Maret 2003 yang lalu. George W. Bush berbicara di depan publik, disiarkan oleh ratusan televisi, dan diberitakan oleh ribuan media pers, bahwa hari itu adalah dimulainya rencana penyerangan AS dan sekutu-sekutunya terhadap rezim yang berkuasa di bawah pemerintahan Saddam Husen secara khusus. Namun suatu kemustahilan bila peperangan ini nantinya tanpa sedikitpun mengenai rakyat Irak secara umum.

Terlepas bahwa Saddam Husen dan motor penggerak kekuasaannya, Partai Ba'ath, adalah rezim yang tidak terlalu bersimpati terhadap pergerakan Islam, sedangkan yang lebih terlihat disana adalah nilai nasionalisme kerakyatannya yang kuat. Namun dari jumlah penduduk diatas 20 juta yang menganut agama Islam (95,8%), Kristen dan Yahudi (3,5%), maka bagaimanapun republik di bagian barat daya Asia ini tetap merupakan negara yang berpenduduk mayoritas muslim. Dan setiap kecemasan, ancaman penganiayaan, serta penderitaan mereka yang dilakukan oleh kekuatan musuh-musuh Islam adalah juga sama bagian dari keprihatinan kita, saudara seagamanya di negeri yang lain. Mungkin, bagi mereka nazilah ini merupakan fitnah yang menimpa akibat ulah orang-orang dzalim yang berkuasa. Alloh Swt. berfirman,

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا اَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
"Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (QS. Al Anfaal : 25)

Dalam keprihatinan ini kita berharap doa kaum muslimin Irak yang didukung oleh doa kaum muslimin di seluruh dunia menjadi "batu" bagi tergelincirnya negara adidaya Amerika Serikat yang saat ini masih berdiri dengan kecongkakan, kebiadaban, dan kedunguannya dari kebenaran dan kemurnian agama Alloh Swt. yang hanif. Sehingga ketergelinciran itu berakibat pada jatuh ambruknya kekuasaan mereka di segala bidang. Baik secara politik, sosial, maupun ekonomi. Harapan ini semoga semakin menunjukkan kejelasan hasilnya dengan melihat reaksi buruk dunia internasional terhadap pemerintah Amerika, bahkan oleh rakyatnya sendiri. Gelombang kecaman atas ulah George W. Bush semakin besar, dan kita menginginkannya lebih besar lagi. Karena bagaimanapun juga doa orang-orang yang teraniaya adalah mustajabah (mudah terkabulkan). Alloh Swt. berfriman,

اَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضطَرَّ اِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ اْلاَرْضِ اَئِلَهٌ مَعَ اللهِ قَلِيلاً مَا تَذَكَّرُونَ

"Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi?Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya)." (QS. An Naml : 62) Wallohu A'lam.

Jan 23, 2011

Antara Shuhbah dan Mahaabah

Shuhbah adalah pertemanan.
Sungguh telah menampak dengan jelas shuhbah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan para sahabat. Ini dibuktikan banyak hadits yang di antaranya:

1.Para sahabat tidak malu bertanya sebagaimana ketika Harits bin Hisyam bertanya bagaimana proses Beliau mendapat ilmu (menerima wahyu) yang kemudian dijawab oleh Beliau:
"Pada suatu ketika wahyu datang kepadaku laksana suara lonceng dan itulah yang terberat bagiku…"HR Bukhari.

2. Para sahabat berani mengajukan protes (Muroja'ah). Abu Qilabah berkata: Abu Musa al Asy'ari berkata: Aku bersama sekelompok orang dari Bani Asy'ar datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk meminta agar diangkut (bersama dalam rombongan). Beliau lalu bersabda: "Demi Allah, aku tidak akan mengangkut kalian karena tidak memiliki sesuatu (kendaraan) guna mengangkut kalian" Abu Musa melanjutkan: Kami diam beberapa lama dan kemudian didatangkanlah beberapa unta kepada Beliau. Dan ketika kami berangkat maka sebagian kami berkata kepada sebagian lain: "Kita telah menjadikan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melupakan sumpah Beliau. kita tidak akan diberkahi." Abu Musa berkata: Kitapun kembali kepada Beliau dan mengatakan: "Sesungguhnya kami datang kepada anda untuk memohon agar diangkut. Sementara engkau telah bersumpah untuk tidak mengangkut kami tetapi kemudian kamipun diangkut" Beliau lalu bersabda: "Demi Allah, Insya Allah aku tidak bersumpah sesuatu kemudian melihat ada yang lebih baik kecuali aku melakukan yang lebih baik itu dan lalu aku melakukan upaya menghalalkan sumpahku (membayar kafarat) HR Muslim.



3. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bergurau dengan sahabat:

- Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bergurau dengan sahabatnya untuk menyenangkan mereka. Di antaranya adalah ketika seorang lelaki meminta kendaraan. Beliau lalu bersabda: “Aku akan membawamu di atas anak unta” lelaki itu berkata: Apa yang akan saya lakukan dengan anak unta? Beliau bersabda: “Bukankah unta tidak melahirkan kecuali unta? HR Turmudzi Abu Dawud.

Dan Beliau pernah bergurau dengan seorang lelaki badui bernama Zahir. Beliau bersabda: “Zahir adalah orang kampung sedang kita orang kota” HR Turmudzi

Dan Beliau shallallahu alaihi wasallam berlaku lemah lembut kepada anak-anak. Mengucapkan salam dan mengusap kepala mereka. Terkadang Beliau menyuruh Abdullah, Ubaidullah dan anak-anak Abbas untuk berbaris. Kemudian Beliau bersabda: “Barang siapa yang lebih dahulu datang kepadaku maka baginya ini dan itu”. Anak-anak itupun bersegera datang kepada Beliau hingga ada yang menempel di punggung Beliau dan dada Beliau dan Beliau pun mencium mereka” HRAhmad.

Kendati demikian para sahabat tidak pernah kehilangan rasa ta'zhim kepada Nabi SAW:

Dari Usamah bin syurek disebutkan: Kami duduk di hadapan Nabi SAW seakan-akan di atas kepala kamu ada burung (hinggap) tidak seorangpun dari kami yang berkata hingga ada orang-orang datang dan bertanya kepada Beliau: "Siapakah para hamba yang paling dicintai Allah? Beliau bersabada: "Orang yang paling baik pekertinya"HR Thabarani.

Bahkan kewibawaan Rasulullah SAW menjadikan para sahabat (yang tinggal di Madinah) jarang sekali bertanya kepada Beliau. Ibnu Abbas ra berkata: "Semoga Allah mengasihi para sahabat Muhammad, mereka jarang sekali bertanya (meski banyak pertanyaan) kepada Nabi SAW. Hanya ada sekitar 12 pertanyaan yang semuanya disebutkan dalam Alqur'an. Karena itu kami para sahabat senang jika ada Badui datang kemudian bertanya kepada Beliau dan mereka pun mendapatkan faedah.

Kedekatan bukan berarti hilangnya ke Ta'zhiman: Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Bukan bagian dari kami orang yang tidak memuliakan orang tua, yang tidak mengasihi yang kecil dan tidak mengerti hak orang alim. HR Ahmad-Thabarani "Tempatkanlah manusia pada tempat mereka" HR Abu Dawud.

Lalu bagaimana mewujudkan shuhbah dan mahabah dalam diri kita? Seorang yang memahami arti ukhuwwah mudah baginya melahirkan shuhbah. Cukuplah Allah berfirman: "Sesungguhnya orang-orang beriman adalah saudara maka damaikanlah di antara dua saudaramu"
Sementara Mahabah/ Haebah seseorang bisa terwujud dengan kuatnya Aqidah dalam dirinya serta adanya Muru'ah, sikap menjaga diri dari budi pekerti rendah.


والله يتولى الجميع برعايته

Jan 14, 2011

Kata dan Prilaku Syirik Seorang Pemeran

Pertanyaan:

Apakah dapat dikatakan murtad atau musyrik seseorang yang melakukan pemujaan terhadap berhala atau tidak mengakui Alloh dalam sebuah peran drama maupun sejenisnya?

Abdul Aziz, Lamongan

Jawaban:


Seorang yang melakukan tindak ke, syirik, an dengan ucapan atau perbuatan karena terpaksa tidak bisa disebut sebagai seorang musyrik atau kafir, Allah berfirman: “…kecuali orang yang dipaksa sedang hatinya tetap teguh dengan iman…”QS an Nahl: 106. Ayat ini bermula dari kasus yang dialami oleh Amar bin Yasir ketika orang kafir memaksanya agar mencela Nabi Saw dan memuji berhala. Karena terpaksa dan sudah tak kuasa menahan derita maka Ammar menuruti paksaan mereka. Mendapat kabar bahwa Ammar telah kafir, Rosululloh Saw membantah: “Tidak, diri Amar penuh dengan iman dari kepala hingga kakinya, imannya telah melekat dengan daging dan darahnya”. Amar datang kepada Rosul Saw dan mengadu: Celaka, wahai Rosululloh, saya telah mencela anda dan memuji tuhan – tuhan mereka! Nabi Saw bertanya: Bagaimana dengan hatimu? Ammar menjawab: Teguh dengan keimanan. Nabi Saw lalu mengusap kedua mata Ammar, dan Beliau Saw pun bersabda: “Jika mereka kembali memaksamu maka ulangilah ucapanmu kepada mereka!”.


Dari ayat ini para ulama sepakat bahwa siapapun yang dipaksa melakukan kekafiran maka boleh baginya menuruti paksaan tersebut selama hatinya masih setia dengan keimanan. Kendati demikian lebih utama jika dia menolak meski harus menebus penolakan tersebut dengan nyawa seperti yang dilakukan oleh kedua orang tua Ammar yaitu Yasir dan Sumayyah. Imam al Qurthubi seperti juga dinukil oleh Sayyid Sabiq dalam Fiqhus Sunnah berkata: Ketika Alloh memaafkan dan tidak memberikan siksaan akan pengingkaran (kufur) terhadapNya ketika dalam keadaan terpaksa, maka para ulama juga memasukkan seluruh cabang syariat dalam prinsip ini. Jadi bila terjadi pemaksaan maka sama sekali tidak ada hukum seperti juga dijelaskan dalam sabda Nabi Saw: “Dihilangkan dari umatku kesalahan, kealpaan dan apa yang dipaksakan atas mereka” HR Ibnul Mundzir.

Termasuk dipaksa kafir adalah dipaksa zina, karena itu jika ada seorang wanita dipaksa berzina maka sama sekali tidak ada hukuman baginya. Pernah pada masa Rasulullah Saw ada seorang wanita yang dipaksa berzina hingga Beliau membebaskan wanita itu dari jerat hukuman. Pada era Umar ra juga demikian, seorang wanita datang dan melaporkan bahwa dirinya meminta air minum kepada seorang penggembala, tetapi penggembala itu menolak kecuali bila wanita itu mau melayani nafsu bejatnya. Karena terpaksa maka wanita itupun tidak bisa menolak. Mendengar laporan ini, Umar bertanya kepada Ali: Bagaimana pendapat anda tentang wanita ini? Ali menjawab: Dia memang terpaksa. Akhirnya Umar memberikan sesuatu (hadiah) dan membiarkan wanita tersebut.

Selain “Terpaksa” ada juga suatu sebab yang menjadikan hukum tidak bisa menyentuh suatu perbuatan, sebab itu adalah al Laghwu. “Alloh tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak disengaja (oleh hatimu)…”QS al Baqarah: 225. Pendapat yang paling masyhur tentang makna al Laghwu adalah ucapan yang terpeleset keluar dari lisan atau sama sekali tidak disengaja. Dalam kasus ini sama sekali tidak ada dosa atau resiko apapun. Dari Abu Huroiroh bahwa Rosululloh Saw bersabda: “Barang siapa yang bersumpah dan mengatakan dalam sumpahnya, Demi Laat dan Uzzaa maka hendaknya dia mengucapkan Tiada Tuhan selain Alloh”Muttafaq Alaihi.

Dalam kasus pemeran sebuah Film atau Drama, asal yang mengucapkan hatinya tetap teguh dengan iman serta melaksanakan semua itu semata terpaksa karena tuntutan sebuah peran atau mengikuti alur cerita maka tidak menjadi masalah, “ … tetapi barang siapa yang terpaksa , sedang dia tidak menginginkan dan juga tidak melampaui batas maka tidak ada dosa baginya…”QS al Baqarah: 173.

Jan 1, 2011

Pelajaran dari Al Hijrah An Nabawiyyah

Tausiyah Abina K.H.M. Ihya' Ulumiddin
Bulan Muharram 1432H / Januari 2011


Alloh tabâraka wata’âla berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Alloh, mereka itu mengharapkan rahmat Alloh, dan Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Al Baqarah: 218.

Hijrah Nabawiyyah mengukirkan manhaj yang jelas bagi dakwah Islam sekaligus meletakkan pondasi kokoh yang seyogyanya dijadikan pijakan oleh seorang juru dakwah. Hal yang dimaksud adalah:
1. Amal yang ikhlas, jujur dan benar.
2. Menerbitkan Amal.
3. Tanzhim dan Tansiq (manajemen yang rapi).
4. Kehati-hatian yang semestinya.
5. Memusatkan pikiran untuk menyatukan kemauan dan menguatkan tekad.

Di mana amal tersebut sama sekali tidak terkait dengan kekuatan gaib ataupun bantuan Alloh seperti apa yang terjadi dalam peristiwa Isra’ Mi’raj meski yang menyertai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam perjalanan hijrah adalah yang bersama beliau juga dalam perjalanan Isro’ Mi’raj yaitu penghulu malaikat, Jibril alaihissalam.

Jadi hijrah nabawiyyah memberikan isyarat penetapan undang-undang alam di hadapan manusia tentang at tajribah wat tathîq (pengalaman dan praktek) sebagaimana dalam firman Alloh “Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah dilaksanakannya. Dan bahwasannya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya).” QS. An Najm: 39-40.

Dan kehendak Alloh telah menjadikan perumpamaan hijrah ini sebagai bukti paling nyata dari hal tersebut.

Maka sebagai buahnya Alloh mengembalikan lagi kepada mereka tanah air (yang sempat hilang) sekaligus memberikan anugerah kepada mereka banyak negeri-negeri lain melalui penaklukan-penaklukan Islam serta menghantarkan mereka ke seluruh belahan negeri.

Seperti pula sunnah Alloh dalam makhluk-Nya telah mengumumkan melalui pengalaman dan praktek ini di hadapan pendengaran generasi-generasi (penerus) bahwa keterikatan dengan iman dan ketundukan diri kepada suluk Islam adalah modal terbaik guna mencapai dan meraih keberhasilan-keberhasilan secara materi sebagaimana dikatakan dalam hikmah, “Barangsiapa memperbaiki urusan akhiratnya niscaya Alloh memperbaiki untuknya urusan dunianya.”

Inilah contoh paling jelas bagi ketetapan Alloh yang menyatakan, “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).” Al Qashash: 5.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa…”QS. An Nûr: 55.

“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya…”
QS. Yunus: 26

Berikut sungguh wajib bagi kita memahami Islam bukan semata berkonsentrasi pada ritual atau ibadah-ibadah yang dijalankan oleh individu-individu. Sebaliknya Islam merupakan sistem (manhaj) yang saling menyempurnakan untuk cara bagaimana berinteraksi dengan alam dan kehidupan. Jika tidak demikian maka bagaimana mungkin bisa terwujud di tangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahu anhum sekian banyak pencapaian-pencapaian kemajuan dunia?

Rahmat Alloh semoga menaungi Ibnu Atho’illah As Sakandari yang mengatakan, “Amalan-amalan (tidak lebih hanya) bentuk-bentuk yang berwujud. Sementara nyawanya adalah rahasia ikhlas di dalamnya.” “Jenis-jenis amalan beraneka ragam mengikuti ragam keadaan-keadaan yang datang dari Alloh (sebagai mauhibah).”

Jadi amalan-amalan beraneka ragam sejalan dengan kemampuan-kemampuan manusia, mauhibah mereka serta apa yang diciptakan Alloh dalam diri mereka dan membuat mereka mampu memfokuskan diri untuknya.

=والله يتولى الجميع برعايته=


Versi Audio Stream:



Download:
http://www.4shared.com/audio/Xw1FYe5f/TausiyahJan2011.html