oleh | KH. M. Ihya’ Ulumiddin
Allah Swt. berfirman:
“dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah” Q.S. An Nisa’: 28
Dalam ayat ini terkandung banyak hikmah yang senantiasa mampu dipahami oleh seorang muslim yang terbina. Hikmah-hikmah itu adalah:
1. Arahan agar bersikap meringankan (takhfif) dan menampakkan keistimewaan agama ini yang berupa tidak adanya kesusahan (adamul haraj) di dalamnya. Jadi kemudahan merupakan salah satu pondasi dan prinsip dasar syariat Islam di mana dari sanalah kemudian muncul aneka ragam keringanan-keringanan. Seperti inilah yang selalu diperintahkan Rasulullah Saw. sendiri kepada para duta dakwah yang Beliau kirim dalam misi penyebaran agama. Beliau berpesan kepada Muadz dan Abu Musa, “Bersikaplah memudahkan dan jangan kalian berdua bertindak menyulitkan.” Beliau juga berpesan, “Sesungguhnya kalian hanya diutus untuk memberikan kabar gembira, bukan membuat orang lari.”
2. Manusia itu lemah dan karena kelemahan ini ia lemah tidak berdaya melawan keinginannya sehingga ia tidak sabar dari meninggalkan keinginan-keinginan. Rasulullah Saw. bersabda, “Kalian tidak sempurna iman sehingga keinginannya (hobinya) adalah mengikuti apa yang aku bawa.” H.R. Dailami dalam Musnad al Firdaus. Beliau Saw. juga bersabda, “Jagalah diri kalian, niscaya para istri kalian juga akan menjaga diri. Berbaktilah kepada orang tua kalian niscaya anak-anak kalian akan berbakti kepada kalian.” H.R. Thabarani.
Abu Hurairah r.a. berdoa, “Ya Allah, saya memohon perlindunganMu dari berbuat zina dan mencuri.” karena inilah ditanyakan kepadanya, “Usia sudah tua sementara anda adalah sahabat Rasulullah Saw., apakah anda khawatir akan berbuat zina dan mencuri?” Abu Hurairah r.a. menjawab, “Bagaimana diriku merasa aman sedangkan iblis masih hidup?”
3. Habib Abdullah bin Alawi al Haddad berkata, “Manusia itu lemah dan karena kelemahan ini ia lebih banyak berpegang pada prasangkaan-prasangkaan (Tawahhumat) daripada bersandar kepada keyakinan-keyakinan (Yaqiiniyyat). Dikatakan dalam sebuah hikmah, “Hendaknya kepercayaan orang beriman lebih kuat kepada Allah daripada kepada apa yang ada dalam genggaman tangannya.”
4. Manusia itu lemah dan karena kelemahan inilah satu sama lain saling membutuhkan pertolongan. Apalagi pada kenyataannya tidak ada seorangpun kecuali pada satu sisi ia menggunakan orang lain sementara di sisi lain ia dipergunakan oleh orang lain seperti ditegaskan Allah dalam firmanNya, “kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian lain.” Q.S. Az Zukhruf: 32. Dengan demikian satu dengan yang lain menjadi sarana berjalannya kehidupan. Orang ini dengan hartanya, sedang yang lain dengan pekerjaannya sehingga sempurnalah putaran roda kehidupan. Jadi bukan karena kesempurnaan yang dimiliki orang kaya (al Muusi’) dan bukan pula karena kekurangan yang ada pada orang yang pas-pasan (al Muqtir). Rasulullah Saw. bersabda, “Pemimpin kaum adalah pelayan mereka.” H.R. al Khathib. Dan dikatakan pula, “Manusia, sebagian dari mereka adalah milik sebagian yang lain meski mereka tidak merasa bahwa sebenarnya mereka adalah para pelayan.”
Karena itu semua, dalam firmanNya, Allah memberikan peringatan/tahdzir kepada kita agar tidak tertipu diri sendiri serta supaya mengakui kelemahan dan ketidakberdayaan. Dia berfirman, “Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik, (yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunanNya. Dan Dia lebih Mengetahui ketika Dia Menciptakan kamu dari tanah dan ketika kamu kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa” Q.S. An Najm: 31-32. “…. dan andai tidak ada anugerah Allah atas kalian, niscaya tidak seorangpun dari kalian yang bersih (dari perbuatan keji dan munkar) selamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Q.S. An Nuur: 21.
Wallahi yatawaliiljamii’a biru’aayatih.
0 comments:
Post a Comment