Oct 5, 2016

Betapa Indahnya Surga

#TaklimShahihMuslim

Seorang sahabat Nabi, Abu Hurairah pernah bilang: “Ya Rasulullah, Dikala kami bersama engkau, tiada yang kami rasakan kecuali hati kami merasa lembut, zuhud dengan dunia, dan kami merasa sebagai ahli akhirat. Lalu ketika kami keluar meninggalkan engkau lantas kami bergaul dengan istri kami, menciumi anak-anak kami, kami ingkar dengan diri kami sendiri."

Lantas Rasulullah menjawab: ”Jika kalian dikala keluar meninggalkanku kondisi kalian seperti ketika bersamaku, maka malaikat akan menziarahi rumahmu. Jika kalian tiada berbuat dosa, Allah ta'ala akan mendatangkan makhluk baru agar mereka melakukan dosa lalu Allah mengampuninya.”

Abu Hurairah bertanya lagi: “Ya Rasulallah, dari apa makhluk diciptakan?”

“Dari air”, jawab Nabi

“Kalau surga itu dibangun dari apa?”

“Batu bata dari perak, batu bata dari emas, semennya dari misik terwangi, kerikilnya dari mutiara dan yaqut, debunya dari za'faron, sesiapa yang memasuki akan merasakan kenikmatan tiada diazab, terus hidup tiada mati, pakaiannya tiada kusam, masa muda tiada pernah sirna.”

Lantas Rasulullah melanjutkan, “Tiga orang yang tiada ditolak doanya: Imam yang adil, seorang yang berpuasa dikala berbuka, dan doa orang yang teraniaya terangkat menembus langit, baginya dibuka pintu-pintu langit. Allah berfirman: Demi kemulyaanku, Aku sungguh akan benar-benar menolongmu meskipun nanti. (Tirmidzi: 2526)

Dalam hadits di atas, Rasulullah mengilustrasikan keindahan kondisi surga. Sebuah ilustrasi yang tentunya hanya bisa dibayangkan dengan amat terbatas. Sebab keindahan itu adalah keindahan yang kedua mata tak pernah melihat dan menyaksikan, telinga belum pernah mendengar, dan tak pernah sama sekali terbersit di hati.

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa, di Surga ada sebuah Pohon, menurut Ibnul Jauzi pohon yang dimaksud adalah pohon Thuba (طوبى). Sebuah pohon yang besar dan tinggi menjulang. Seorang pengendara kuda yang lihai dan dengan kecepatan maksimal ketika berjalan di naungannya meski menghabiskan waktu selama 100 tahun, ia tiada akan berhasil menempuhnya. (Lihat Tirmidzi: 2524)

Menurut Nabi itulah yang di maksud dengan “wazhillin mamdud” naungan yang terbentang, dalam surat Al Waqiah.

وَأَصْحَابُ الْيَمِينِ مَا أَصْحَابُ الْيَمِين ٢٧
27. dan golongan kanan, Alangkah bahagianya golongan kanan itu.

فِي سِدْرٍ مَخْضُودٍ ٢٨
28. berada di antara pohon bidara yang tak berduri,

وَطَلْحٍ مَنْضُودٍ ٢٩
29. dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya,

وَظِلٍّ مَمْدُودٍ ٣٠
30. dan naungan yang terbentang luas,

وَفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ ٣٢
32. dan buah-buahan yang banyak,

لا مَقْطُوعَةٍ وَلا مَمْنُوعَةٍ ٣٣
33. yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang mengambilnya.

وَفُرُشٍ مَرْفُوعَةٍ ٣٤
34. dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.

إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً ٣٥
35. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka Bidadari-bidadari dengan langsung (tanpa melalui kelahiran dan langsung menjadi gadis).

فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا ٣٦
36. dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.

عُرُبًا أَتْرَابًا ٣٧
37. penuh cinta lagi sebaya umurnya.

لأصْحَابِ الْيَمِينِ ٣٨
38. kami ciptakan mereka untuk golongan kanan,

Secara prinsip bahwa masing-masing penghuni Surga mendapatkan luas wilayah tidak kurang dari luas kabupaten. Sebab lebar surga layaknya langit dan bumi.

Sementara di lain kesempatan para penghuni Surga bisa juga berekreasi. Di pohon besar itulah mereka akan berekreasi. Disana disediakan hiburan yang demikian menggiurkan. Jika ada yang ingin mendengarkan alunan musik. Allah ta'ala akan mengirimkan angin untuk menyenandungkan nada-nada indah hasil paduan suara dengan pohon-pohon disana. Pohon-pohon yang batang-batangnya terbuat dari emas murni.

Kenikmatan-kenikmatan yang menggiurkan itu, tentu saja seperti yang disabdakan Nabi, dalam meraihnya ketika didunia, semua itu dipenuhi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan. Huffat bil makarih. Dikelilingi dengan sekian hal yang tidak menyenangkan.

Semoga Allah memberi kekuatan kita untuk terus berusaha meraih surga dengan terus menjalankan ketaatan meski banyak hal yang tak menyenangkan hadir mengusik kehidupan kita. Amin.

Wallahu ta'ala a'lam.

(Diresume oleh: Ust Sabieq)

Oct 3, 2016

Doa Seorang Guru Dambaan Setiap Santri

Syabib Ibn Al Ghorqodah berkata: Aku mendengar banyak orang dari Bani al Bariqy menceritakan, dari Urwah bin al Ja'd al Bariqy, seorang Qodhi perdana di negeri Kufah. Bahwa Rasulullah memberinya satu dinar, agar ia membelikan seekor kambing untuk beliau. Maka ia pun membelikan dua ekor kambing untuk beliau. Lalu ia berinisiatif untuk menjual salah satu kambing itu dengan harga satu dinar. Sehingga ia datang menemui Rasulullah dengan membawa seekor kambing dan plus uang satu dinar. Tersebab merasa senang dengan apa yang ia kerjakan, Rasulullah seketika mendoakan keberkahan dalam jual belinya. Dan konon setelah itu, jika ia semisal menjual debu saja, ia pasti akan mendapatkan laba. 3642
Bagaimana kita melihat seorang Urwah mendapatkan doa Rasulullah tanpa meminta terlebih dahulu. Dan kemudian ia merasakan betapa memang doakan keberkahan beliau benar-benar diijabah oleh Allah. Dalam satu kesempatan, Urwah pernah bercerita, “Aku masuk pasar Kufah untuk berdagang, maka aku mendapatkan laba 40.000 dirham.” Padahal pada waktu itu uang 8 dirham sudah sangat cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Maka sebagai seorang santri, kita harus berusaha menyuguhkan khidmah terbaik sehingga bisa membuat guru atau orang yang kita khidmahi merasa senang. Munculkan ide-ide cemerlang yang bisa membuat senang. Dan jangan hanya menunggu perintah.
Abi Ihya’ ketika masih menjadi santri, di kala Abuya al Maliki di Thoif, Abuya ingin untuk qodlil hajah. Maka beliau bergegas mengecek WC terlebih dahulu, ternyata WC yang ada dipenuhi dengan kotoran. Tanpa pikir panjang beliau langsung membersihkannya memakai tangan. Selepas selesai, ternyata Abuya tahu tentang apa yang dikerjakan santrinya itu. Sehingga beliau langsung mendoakan: “Barokallohu fik, Barokallohu fik, barokallohu fik.”
Seharusnya seseorang dikala mendapatkan hal yang menyenangkan dari orang lain, ia menyambutnya dengan mendoakan orang itu dengan kebaikan. Barokallohu fik.
Selain itu, doa adalah sebuah hal yang selayaknya dimintakan kepada seorang shalih. Sebab hanya doa sebuah hal yang paling layak dan pas untuk dimintakan kepada mereka. Meski barangkali mereka menawarkan kepada kita untuk meminta kebutuhan apa saja. Akan tetapi doa mereka lebih penting untuk kita mintakan daripada harta benda atau yang lainnya.
Abi Ihya’ memiliki tugas khidmah menjaga telefon dari Abuya disetiap malam sabtu di kantor As-Shofwah Surabaya. Di setiap akhir percakapan dengan Abuya, Abuya pasti menawarkan kepada Abi: “Isy lak hajah?”, “Kau pengin apa?”. Dan disetiap itu pula Abi selalu menjawab: “Ad-da'awat Abuya”, “Cukup doa Abuya”.
Sayyidina Anas juga mendapatkan doa Rasulullah yang berupa tiga hal, panjang umur, keberkahan rizqi, dan banyak anak. Dan lihat ia diberi umur panjang lebih dari seratus tahun, rizqi yang ia dapat dari ladang sukses besar bahkan bisa dipanen lebih banyak dari kebanyakan orang, dan anak turunnya beliau lebih dari 500 anak cucu.
Dalam hadits di atas. Urwah memang menjual sebuah kambing yang bukan miliknya. Akan tetapi karena tujuannya tiada lain adalah untuk menyenangkan Rasulullah, menurut Qoul Qadim hal ini diperbolehkan. Namun menurut Qoul jadid hal ini tidak diperbolehkan sebab ada hadits Hakim bin Hazm yang menyatakan: “La tabi' ma laisa ‘indak!”, Jangan kau jual apa yang bukan milikmu.
Imam Rifa'i seorang Penggagas Thoriqoh Rifaiyyah pernah menghidupkan tanah tak bertuan (Ihya' al Mawat) di Mesir. Sehingga tempat itu menjadi ramai dengan kegiatan keagamaan. Di suatu hari ia didatangi seorang yang mengaku sebagai pemilik tanah. Tanpa pikir lagi, beliau langsung mempersilahkan orang itu jika ingin mengambil alih kepemilikan tempat tersebut.
Hal ini memberikan pelajaran yang teramat besar. Jika suatu saat ada hak yang kita miliki dirampas oleh orang, kita harus belajar untuk bersikap legawa. Yakinkan dalam diri bahwa Allah akan mendatangkan sebuah ganti yang lebih besar dan agung untuk kita. Sebuah hal yang mudah sekali diucapkan, tidak demikian dalam ranah pengamalan.
Wallahu ta'ala a'lam.

(Peresume: Ust. Shabieq)

Al Ayman Fal Ayman


#NgajiShohihMuslim

Dikala kita sedang bersama hendak menikmati minuman, ada sebuah hal yang diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Sebuah cara yang akan menciptakan kebersamaan yang demikian indah, bahkan sampai pada tingkat “ngalap barokah”.

Caranya yakni dengan memutarkan minuman itu kepada orang ke arah kanan. Meskipun ada orang yang lebih tua di sisi kirinya. Hal ini juga amat berkaitan dengan kesunnahan mendahulukan segala hal yang baik dengan memakai anggota bagian kanan (tayamun).

ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ، ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﺗﻲ ﺑﻠﺒﻦ ﻗﺪ ﺷﻴﺐ ﺑﻤﺎء، ﻭﻋﻦ ﻳﻤﻴﻨﻪ ﺃﻋﺮاﺑﻲ، ﻭﻋﻦ ﻳﺴﺎﺭﻩ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ، ﻓﺸﺮﺏ ﺛﻢ ﺃﻋﻄﻰ اﻷﻋﺮاﺑﻲ، ﻭﻗﺎﻝ: «اﻷﻳﻤﻦ ﻓﺎﻷﻳﻤﻦ»

Dari Anas bin Malik, bahwa sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diberi susu yang telah dicampur dengan air. Di sisi kanan beliau ada seorang A'roby, sementara di sisi kiri beliau adalah Abu Bakar. Beliaupun meminumnya lantas memberikannya kepada A'roby, dan bersabda: “Sisi kanan (lebih berhak) lalu sisi kanannya lagi.” 124 - (2029)

Di hadits yang lain disebutkan bahwa: Sayyidina Anas pernah bercerita: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tiba di Madinah, saat itu usiaku 10 tahun, dan Nabi meninggal dunia saat aku berusia 20 tahun. Bahwa ibu-ibuku mendorong aku untuk berkhidmah kepada Rasulullah. Maka suatu saat Rasulullah berkunjung ke rumahku. Maka aku memerahkan susu kambing untuk beliau. Lantas dicampurlah susu itu dengan air sumur di rumah. Rasulullah pun lalu meminumnya. Sayyidina Umar berkata kepada beliau sementara Abu Bakar berada di sisi kiri beliau: “Rasulullah, berilah Abu Bakar”. Maka Beliau justru memberikannya kepada seorang A'roby yang berada di sisi kanan beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda: “Sisi kanan (lebih berhak) lalu sisi kanannya lagi.” 125 - (2029)

Ada hadits yang lain yang sampai menyebutkan bahwa: Suatu saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam diberi minuman, lantas beliau meminumnya, di sisi kanan Nabi ada seorang anak kecil, dan disisi kiri ada orang-orang tua. Maka beliau bersabda kepada anak kecil itu: “Apakah kau kasih izin supaya aku memberi mereka?”. Anak kecil itu menjawab: “Tidak demi Allah, aku takkan mendahulukan orang lain dengan jatahku yang dari engkau.” Maka Rasulullah pun menurunkan minuman itu pada tangan anak kecil tadi. 127 - (2030)

Memang demikian adanya bahwa Rasulullah mendahulukan A'roby daripada Abu Bakar sebab beliau hendak berusaha menghargai dan “ngewongno” A'roby. Juga mengharuskan Rasulullah meminta izin terlebih dahulu kepada anak kecil barangkali ia mau mendahulukan orang-orang tua meski ternyata ia tidak mau. Tentu saja, pada prinsipnya sebetulnya mendahulukan orang lain dalam urusan selain ibadah adalah hal yang lebih utama.

Kadang ada saja seseorang yang menganggap jijik dengan hal semacam ini. Padahal ada hadits yang menyebutkan bahwa sisa seorang mukmin adalah obat. Su'rul Mukmin syifa'. Meski hadits ini dloif akan tetapi seharusnya bisa dijadikan sebuah motivasi dalam hal ini. Jangan meniru seseorang yang justru bangga ketika ia suatu saat memesan sekian ragam makanan lantas ia tidak menghabiskannya.

Terlebih bahwa makan dan minum bersama mempunyai efek dan fungsi yang luar biasa bagi tumbuhnya kebersamaan, pertautan hati yang kuat, dan cinta.

“Al-Muthoamah tuqi'u al Ulfah wal Mahabbah fil Qulub”. Saling memberi makanan menyebabkan pertautan hati dan kecintaan di hati.

Demikianlah salah satu bentuk kesunahan ringan yang seharusnya terus kita lestarikan. Jangan menganggap tidak penting apalagi sampai meremehkan. Sebab Syetan juga amat hobi menghembuskan godaannya kepada seseorang agar ia suka meremehkan sebuah hal yang kecil.

Wallahu ta'ala a'lam.

(Diresume oleh: Ust Sabiq)

Oct 1, 2016

Bacaan “Amin “ Bersama


Pertanyaan:

Belakangan ini ada sebagian kelompok Islam yang mengklaim sebagai penerus generasi salaf, akan tetapi ada banyak hal aneh dari mereka yang berbeda dengan kebiasaan yang sudah berlaku di kalangan kaum muslimin dunia khususnya Indonesia. Di antara keanehan kelompok tersebut adalah tidak mau membaca “Amin “ bersama - sama untuk mengamini do’a salah seorang ustadz atau kiyai. Menurut mereka, kebiasaan tersebut tidak ada dalil dan tidak pernah pula diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Menurut Pak Kiyai, apakah benar pendapat mereka tersebut?

Haryono, Batu Malang 

Jawaban:

Klaim bahwa bacaan “ Amin “ bersama - sama tidak ada dalilnya adalah salah. Sebab dalil - dalil terkait dengan ini banyak sekali. Di antaranya adalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang artinya:


Sebuah kelompok tidak berkumpul lalu sebagian berdo’a dan sebagian lain mengamini kecuali Allah pasti mengabulkan mereka “ HR Hakim.

Hadits ini secara jelas menegaskan bahwa pembaca  “Amin “, orang yang mengamini do’a orang lain dianggap ikut serta bedo’a dan berharap dari Allah Swt yang berarti ia juga berhak mendapatkan apa yang didapatkan oleh orang yang berdo’a.

Sungguh memasyarakatkan bacaan “Amin “ dalam setiap kesempatan - selain dalam shalat - adalah upaya menunjukkan identitas dan nilai lebih ajaran Islam disamping juga membuat musuh - musuh Islam gigit jari karena iri dan dengki seperti diriwayatkan oleh Sayyidatuna Aisyah ra bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya:

Yahudi tidak iri kepada kalian seperti mereka iri akan (ucapan) Salam dan (bacaan) Amin “ HR Ibnu Majah–Ibnu Khuzaimah.