May 14, 2013

Di Antara Etika Shuhbah (2)


Taushiah Vol XIV edisi 158
Jumadil Akhir 1434 H / Mei 2013


Termasuk etika shuhbah berikutnya adalah:

8- Setiap individu dari mereka harus bersikap kepada orang yang lebih tua seperti sikap anak (kepada orang tuanya), kepada orang yang sejajar (dalam usia) bersikap seperti saudara, kepada orang yang lebih muda bersikap seperti orang tua (sendiri) dan kepada orang yang alim di antara mereka bersikap seperti seorang hamba sahaya. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda: “Bukan termasuk dari kami seorang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, tidak mengasihi yang lebih muda dan tidak mengerti hak orang alim” (HR Ahmad-Hakim dari Ubadah bin Shomit ra. Al Jami’ As Shoghir 2/138)

9- Jika berkumpul maka hendaknya mengangkat salah seorang dari mereka untuk dijadikan sebagai rujukan dan sandaran. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda: “Orang yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling pandai membaca kitab Alloh. Jika mereka sama dalam bacaan maka yang paling mengerti sunnah. Jika mereka sepadan dalam sunnah maka yang paling dahulu berhijrah. Jika mereka berbarengan dalam berhijrah maka yang lebih dahulu masuk islam. Dalam sebuah riwayat: yang lebih tua...” (HR Muslim dalam shohihnya Man Ahaqqu bil Imamah no 673)

10- Hendaknya tidak terjadi di antara mereka saling bermusuhan, perdebatan, meremehkan, berdesak-desakan mengambil posisi jabatan, menang-menangan, menggunjing, membicarakan kesalahan, dan kekurangan.

11- Tidak ada pembicaraan di kalangan mereka ungkapan: “Ini bagianku dan ini bagianmu. Andaikan seperti ini niscaya tidak terjadi hal ini” dan sejenisnya. Ibrohim bin Syaiban: Adalah kami tidak bisa berteman dengan seseorang yang mengatakan: “Ini adalah karyaku”

12- Meninggalkan kesombongan dan berbangga diri. Sungguh telah dikatakan: “Sesungguhnya (saat) seseorang membanggakan dirinya maka itu menjadi batas kerusakan akalnya”. Alloh ta’ala berfirman: “Itulah rumah akhirat yang Kami Menjadikannya untuk orang-orang yang tidak bermaksud menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi “QS al Qoshosh: 83.

13- Tidak melakukan shoulah (sok menguasai). Abu Ali Ar Roudzbari mengatakan: “Melakukan shoulah kepada orang yang lebih tua adalah perilaku kurang ajar, kepada orang yang sepadan adalah budi pekerti buruk dan kepada orang yang lebih rendah adalah (pertanda) kelemahan”.

14- Menyuguhkan makanan dan minuman sedikit atau banyak seadanya dan tidak usah memaksakan diri kepada teman yang singgah. Diriwayatkan dari Nabi shollallohu alaihi wasallam sesungguhnya beliau bersabda: “Kerusakan seseorang adalah ketika salah seorang dari saudaranya datang kepadanya lalu ia merasa apa (makanan/minuman) yang ada di rumahnya tidak pantas untuk disuguhkan. Dan kerusakan suatu kaum adalah jika mereka meremehkan apa yang disuguhkan kepada mereka” (HR Baihaqi dalam As Sunan al Kubro no 5904)

Dan meninggalkan sikap memaksakan diri serta menyuguhkan apa yang ada oleh para ahli adab disebut dengan Futuwwah (melangkah segera dan tidak menunda-nunda)

15- Menghindari kata-kata tidak baik karena bisa memancing kebencian. Alloh ta’ala berfirman: “... telah nyata kebencian dari mulut mereka. Dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi...”QS Ali Imron:118.

16- Itsar, (belajar untuk mengalah dan mendahulukan teman). Alloh ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijroh kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin)  atas diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung “QS Al Hasyr:9.

Akan tetapi dikatakan (bahwa): “Tidak ada itsar dalam ibadah”. Itsar adalah maqom yang lebih utama daripada sifat Sakho’ dan Jud.

17- Menghilangkan ghill (ganjalan dalam hati). Alloh ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Mereka berdo’a: “Ya Tuhan kami, berikanlah ampunan kepada kami dan kepada saudara-saudara kami yang telah lebih dahulu beriman daripada kami. Dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami sesungguhnya Engkaulah Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”QS al Hasyr:10.
18- Menjauh dari berteman dengan orang-orang buruk. Dikatakan: “Barang siapa berteman dengan teman yang buruk maka ia tidak akan selamat (dari keburukan). Barang siapa memasuki area keburukan maka ia akan mendapatkan tuduhan (disangka buruk)”. Dikatakan pula: “Masing-masing orang diketahui melalui teman-temannya dan digolongkan sama dengan kawan-kawan pergaulannya”.

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah seorang yang bisa diharapkan kebaikannya dan tidak dikhawatirkan keburukannya. Seburuk-buruk kalian adalah orang yang tidak bisa diharapkan kebaikannya dan dikhawatirkan keburukannya”  (HR Turmudzi no 2362) Nabi shollallohu alaihi wasallam menyebutkan dua (model) ini untuk dorongan dan peringatan serta meninggalkan dua model yang lain karena tidak mengandung dorongan dan peringatan. Dua model yang lain itu adalah orang yang tidak bisa diharapkan kebaikannya tetapi juga tidak dikhawatirkan keburukannya. Dan orang yang bisa diharapkan kebaikannya sekaligus juga dikhawatirkan keburukannya.

Demikianlah, dan kiranya sudah cukup disebutkan sebagian dari etika-etika shuhbah ini. Betapa indahnya bagi seseorang yang bisa menjalankan dan menghias dirinya dengan hal-hal tersebut.
Shuhbah, ketika telah dilengkapi dengan etika-etikanya maka sesungguhnya itu adalah kondisi paling mulia. Bukankah anda melihat bahwa para sahabat rodhiyallohu anhum betapapun mereka adalah manusia yang memiliki ilmu, fiqih, ibadah, adab, zuhud, tawakkal dan ridho paling agung maka mereka tidak disebut dengan apapun selain dengan titel shuhbah yang merupakan di antara maqom tertinggi.
=والله يتولى الجميع برعايته=

بسم الله الرحمن الرحيم
مِنْ آدَابِ الصُّحْبَةِ (2)
وَمِنْ آدَابِهَا اْلأُخْرَى:
1-    أَنْ يَكُوْنَ كُلُّ أَحَدٍ مِنْهُمْ لِلْكَبِيْرِ كَالْوَلَدِ وَلِلنَّظِيْرِ كَاْلأَخِ وَلِلصَّغِيْرِ كَالْوَالِدِ وَلِعَالِمِهِمْ كَالْمَمْلُوْكِ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيْرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ) رواه أحمد والحاكم _ الجامع الصغير 2/138.
2-    إِذَا اجْتَمَعُوْا أَنْ يُقَدِّمُوْا أَحَدَهُمْ لِيَكُوْنَ مَرْجِعُهُمْ إِلَيْهِ وَاعْتِمَادُهُمْ عَلَيْهِ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَأُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ فَإِنْ كَانُوْا فِى الْقِرَاءَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ فَإِنْ كَانُوْا فِى السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً فَإِنْ كَانُوْا فِى الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا_ وَفِى رِوَايَةٍ: سِنًّا الحديث...) رواه مسلم فى صحيحه باب من أحق بالإمامة رقم 673.
3-    أَنْ لاَ يَجْرِيَ بَيْنَهُمُ الْمُخَاصَمَةُ وَلاَ الْمُجَادَلَةُ وَلاَ اْلإِزْدِرَاءُ وَلاَ الْمُزَاحَمَةُ وَالْمُغَالَبَةُ وَالْغِيْبَةُ وَالْوَقِيْعَةُ وَالنَّقِيْصَةُ .
4-    أَنْ لاَ يَجْرِيَ فِى حَدِيْثِهِمْ: هَذَا لِي وَهَذَا لَكُمْ وَلَوْ كَانَ كَذَا لَمْ يَكُنْ كَذَا وَمَا يَجْرِى مَجْرَاهَا. قَالَ إِبْرَاهِيْمُ بْنُ شَيْبَانَ: كُنَّا لاَ نَصْحَبُ مَنْ يَقُوْلُ: فِعْلِي .
5-    تَرْكُ التِّيْهِ اي التَّكَبُّرِ وَالْعُجْبِ بِالنَّفْسِ وَقَدْ قِيْلَ: إِنَّ عُجْبَ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ حَدُّ فَسَادِ عَقْلِهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: [تِلْكَ الدَّارُ اْلآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لاَ يُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فىِ اْلأَرْضِ وَلاَ فَسَادًا]القصص: 83.
6-    تَرْكُ الصَّوْلَةِ اي السَّطْوَةِ. قَالَ أَبُوْ عَلِى الرَّوْذُبَارِى: الصَّوْلَةُ عَلَى مَنْ فَوْقَكَ قُحَّةٌ وَعَلَى مَنْ هُوَ مِثْلُكَ سُوْءُ أَدَبٍ وَعَلَى مَنْ دُوْنَكَ عَجْزٌ.
7-    تَقْدِيْمُ مَا حَضَرَهُ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ قَلَّ أَوْ كَثُرَ بِلاَ تَكَلُّفٍ لِمَنْ نَزَلَ بِهِ مِنْ أَصْحَابِهِ. رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: (هَلاَكُ الْمَرْءِ أَنْ يَدْخُلَ عَلَيْهِ الرَّجُلُ مِنْ إِخْوَانِهِ فَيَحْقِرُ مَا فِى بَيْتِهِ أَنْ يُقَدِّمَهُ إِلَيْهِ . وَهَلاَكُ الْقَوْمِ أَنْ يَحْقِرُوْا مَا قُدِّمَ إِلَيْهِمْ) رواه البيهقى فى السنن الكبرى رقم 5904. وَتَرْكُ التَّكَلُّفِ وَإِحْضَارُ مَا حَضَرَ يُسَمَّى عِنْدَ أَهْلِ اْلأَدَبِ باِلْفُتُوَّةِ.
8-    اجْتِنَابُ الْبَذَاءِ فَإِنَّهُ يُهَيِّجُ الْبَغْضَاءَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى: [قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِى صُدُوْرُهُمْ أَكْبَرُ] آل عمران:118.
9-    اْلإِيْثَارُ.  قَالَ اللهُ تَعَالَى: [وَالَّذِيْنَ تَبَوَّؤُا الدَّارَ وَاْلإِيْمَانَ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلاَ يَجِدُوْنَ فِى صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوْتُوْا وَيُؤْثِرُوْنَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ. وَمَنْ يُوْقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ] الحشر:9. وَلَكِنْ قِيْلَ: لاَ إِيْثَارَ فِى الْعِبَادَةِ. وَاْلإِيْثَارُ أَفْضَلُ مَقَامًا مِنَ السَّخَاءِ وَالْجُوْدِ.
10-    إِذْهَابُ الْغِلِّ . قَالَ اللهُ تَعَالَى: [وَالَّذِيْنَ جَاؤُاْ مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا َوِلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا. رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ] الحشر:10.
11-    مُجَانَبَةُ صُحْبَةِ اْلأَشْرَارِ. قِيْلَ: مَنْ يَصْحَبْ صَاحِبَ سُوْءٍ لَمْ يَسْلَمْ وَمَنْ يَدْخُلْ مَدْخَلَ سُوْءٍ يُتَّهَمْ . وَقِيْلَ:كُلُّ وَاحِدٍ يُعْرَفُ بِقُرَنَائِهِ وَيُنْسَبُ إِلَى خُلَطَائِهِ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لاَ يُرْجَى خَيْرُهُ وَلاَ يُؤْمَنُ شَرُّهُ) رواه الترمذى رقم 2362. ذَكَرَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اثْنَيْنِ تَرْغِيْبًا وَتَرْهِيْبًا وَتَرَكَ قِسْمَيْنِ آخَرَيْنِ ِلأَنَّهُ لَيْسَ فِيْهِمَا تَرْغِيْبٌ وَلاَ تَرْهِيْبٌ وَهُمَا: مَنْ لاَ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَلاَ يُؤْمَنُ شَرُّهُ.
هَذَا وَبِهِ كَفَى ذِكْرُ بَعْضِ هَذِهِ اْلآدَابِ فىِ الصُّحْبَةِ فَمَا أَحْلاَهَا لِمَنْ سَلَكَ وَتَحَلَّى بِهَا. وَالصُّحْبَةُ إِذَا تَوَفَّرَتْ آدَابُهَا فَإِنَّهَا أَجَلُّ اْلأَحْوَالِ أَلاَ تَرَى أَنَّ الصَّحَابَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ كَانُوْا أَجَلَّ النَّاسِ عِلْمًا وَفِقْهًا وَعِبَادَةً وَأَدَبًا وَزُهْدًا وَتَوَكُّلاً وَرِضًا فَلَمْ يُنْسَبُوْا إِلَى شَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ غَيْرَ الصُّحْبَةِ الَّتِى هِيَ مِنْ أَعْلَى مَقَامٍ.

=والله يتولى الجميع برعايته=

Di Antara Etika Shuhbah


Taushiah Vol XIV edisi 157
Jumadil Awal 1434 H /  April 2013

Oleh KH M Ihya Ulumiddin

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda:
  1. Seseorang (cenderung) menetapi agama (perilaku) temannya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapakah orang yang (dengannya)ia berteman!” (HR Hakim dalam  al Mustadrok no 7319)
  2. Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas hal yang menyakitkan (dari) mereka, itu lebih baik daripada seorang mukmin yang tidak bergaul dengan mereka dan tidak (pula) bersabar atas hal yang menyakitkan (dari) mereka. Dan dalam keduanya (masing-masing) ada kebaikan” (HR Ibnu Majah dalam sunan nya no 4032)
  3. “Tidak ada kebaikan (sama sekali) pada diri seorang yang tidak lunak dan tidak pula bisa dilunakkan” (HR Hakim dalam al Mustadrok no 59)

Sungguh telah dikatakan:
Kesendirian lebih baik bagi seseorang daripada teman buruk di sisinya
Teman yang baik itu lebih baik daripada seseorang duduk seorang diri (menyendiri)

Dalam medan kehidupan, jalinan dan hubungan seorang muslim tebina dengan teman-temannya sangat istimewa dan berbeda dengan yang lain karena jalinan itu terbangun di atas pondasi persaudaraan fillaah yang merupakan ikatan paling mulia yang mengikat erat antara manusia satu dengan lainnya; laki-laki maupun perempuan. Itulah ikatan Iman billaah yang dijadikan oleh Alloh sebagai pengikat antara kaum beriman seluruhnya dengan firmanNya: “Sesungguhnya orang-orang beriman itu (hanyalah) bersaudara” al Hujurot:10.
Jadi persaudaraan karena iman adalah ikatan hati yang paling kokoh, ikatan jiwa yang paling kuat dan penghubung akal yang paling tinggi (mulia) karena berdiri di atas landasan al hubb fillaah yang sepi dari berbagai kepentingan, yang terbebas dari semua tujuan dan bersih dari segala hal yang mencampuri. Ia adalah kecintaan yang suci yang di dalamnya kaum muslimin muslimat akan mereguk manis (ekstase) keimanan sebagaimana disabdakan Rosululloh shollallohu alaihi wasallam“Tiga hal yang apabila terdapat pada diri seseorang maka ia akan menemukan manis keimanan; 1) hendaklah Alloh dan RosulNya lebih ia cintai daripada (apapun) selain keduanya, 2) hendaklah ia mencintai seseorang, ia tidak mencintainya kecuali karena Alloh, 3) dan hendaklah ia tidak suka untuk kembali kepada kekafiran setelah Alloh menyelamatkannya darinya sebagaiman ia tidak suka (jika) dilemparkan ke neraka”(Muttafaq alaih)
Dan demi menguatkan serta meneguhkan pertemanan ini maka seorang muslim terbina wajib memperhatikan etika-etika yang di antaranya:
  1. Hendaklah ia hanya bersahabat dengan orang yang sejenis dan orang yang darinya ia bisa mengambil faedah kebaikan. Alloh ta’ala berfirman: “dan janganlah kalian percaya kecuali orang yang mengikuti agamamu “Ali Imron:73, meskipun asal dari firman ini ditujukan untuk ahli kitab. Sungguh telah dikatakan: “Orang yang paling layak untuk berteman (dengannya) adalah orang yang memiliki aqidah selaras denganmu dan kamu merasakan kharismanya (kamu merasa malu) saat ia sedang duduk bersamamu”
  2. Hendaklah bersahabat dengan orang yang bisa ia percayai akan agama, sifat amanat, madzhab dan waro’( kehati-hatian) nya. Diriwayatkan bahwa ketika turun firman Alloh; “Kamu tidak akan mendapati seorang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir (tetapi juga) mengadakan jalinan kasih sayang dengan orang yang menentang Alloh dan RosulNya” al Mujadilah:22, maka Nabi shollallohu alaihi wasallam berdo’a: “Ya Alloh, jangan jadikan seorang pendosa memiliki jasa kepadaku sehingga hatiku menyayanginya!” (HR Abu Qosim al Lalka’i dalam I’tiqod Ahlis sunnah wal jamaah no 275)
  3. Hendaklah tidak bersahabat dengan orang yang berbeda madzhab dengannya meski masih sanak kerabat. Apakah anda tidak melihat kepada Nabi Nuh alaihissalam ketika ia berkata: “Sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku” Hud: 45, bagaimana beliau mendapatkan jawaban: “Sesungguhnya ia bukanlah termasuk keluargamu”Hud: 46.
  4. Hendaklah ia bersahabat dengan orang yang bisa menghadiahkan kepadanya aib-aibnya serta (sekaligus) menunjukkannya kepada sesuatu yang di situ ada kebaikan dan keindahan baginya. Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda: “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin (lain)” (HR Abu Dawud no 4918). Umar ra mengatakan: “Semoga Alloh merahmati orang yang memberikan hadiah kepadaku berupa aib-aibku”.
  5. Hendaklah  bersahabat dengan orang yang tidak terjadi persahabatan dengannya kecuali karena ada kecocokan hati (berteman dengan orang yang sehati). Tentang sifat orang-orang munafiq, Alloh berfirman: “Kamu menyangka mereka bersatu padu (sementara) hati mereka (sebenarnya) berbeda-beda”al Hasyr: 14.
  6. Hendaklah mau berkhidmah kepada saudara dan teman, menghilangkan beban bea yang memberati hidup mereka, tabah akan hal yang menyakitkan dari mereka dan tidak mengingkari mereka kecuali pada hal yang bertentangan dengan syara’ sebagaimana diriwayatkan dari Rosululloh shollallohu alaihi wasallam, beliau bersabda: “Pemimpin kaum adalah pelayan mereka” (HR Dailami dalam al Musnad al  Firdaus no 3473). Sungguh telah dikatakan: “Jika anda bersahabat dengan seseorang maka perhatikanlah akalnya lebih banyak daripada perhatian anda kepada agamanya karena agamanya adalah miliknya sementara akalnya adalah miliknya juga milik anda! Dan jangan bersahabat dengan seorang yang  kebanyakan keinginan (kepentingan)nya adalah dunia, nafsu dan kesenangan!”
  7. Hendaknya menghadapi mereka dengan wajah sumringah, familiar, menuruti keinginan (mereka), memberikan budi dan kebaikan serta bersama mereka sesuai dengan kondisi (alaa hukmil waqti). Diriwayatkan dari Nabi shollallohu alaihi wasallam bahwa beliau sedang bersama Abu Bakar dan Umarrodhiyallohu anhumaa. Maka ketika Utsman radhiyallohu anhu datang maka beliau segera menutup tubuh, merapikan pakaian dan (lalu) duduk. Ketika ditanya tentang hal itu maka beliau bersabda: “Kenapa aku tidak malu kepada orang yang malaikat (saja) malu kepadanya!” (HR Thobaroni dalam al Mu’jam al Ausath no 4918). Jadi rasa malu Utsman betapapun begitu besar, akan tetapi kondisi yang terjadi antara Rosululloh shollallohu alaihi dan Abu Bakar ra serta Umar ra lebih bersifat lepas. (bersambung)
=والله يتولى الجميع برعايته=



بسم الله الرحمن الرحيم
من آداب الصحبة (1)
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
1)   الْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ . (رواه الحاكم فى المستدرك رقم 7319).
2)   الْمُؤْمِنُ الَّذِى يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ خَيْرٌ مِنَ الْمُؤْمِنِ الَّذِى لاَ يُخَالِطُهُمْ وَلاَ يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ وَفِى الْكُلِّ خَيْرٌ . (رواه ابن ماجة فى سننه رقم:4032).
3)   لاَ خَيْرَ فِيْمَنْ لاَ يَأْلَفُ وَلاَ يُؤْلَفُ . (رواه الحاكم فى المستدرك رقم 59).
وقد قيل:
وَحْدَةُ اْلإِنْسَانِ خَيْرٌ مِنْ # جَلِيْسِ السُّوْءِ عِِنْدَهُ
وَجَلِيْسُ الْخَيْرِ خَيْرٌ مِنْ  # جُلُوْسِ الْمَرْءِ وَحْدَهُ
تَتَمَيَّزُ صِلاَتُ الْمُسْلِمِ الْوَاعِى وَعَلاَقَتُهَا بِأَصْحَابِهِ عَنْ غَيْرِهَا فِى مَيْدَانِ الْحَيَاةِ, إِنَّهَا لَتُبْنَى عَلَى أَسَاسٍ مِنَ التَّآخِي فىِ اللهِ الَّذِى هُوَ أَسْمَى رِبَاطٍ يَرْبِطُ بَيْنَ إِنْسَانٍ وَإِنْسَانٍ رَجُلاً كَانَ أَوِ امْرَأَةً, إِنَّهُ رِبَاطُ اْلإِيْمَانِ بِاللهِ الَّذِى عَقَدَهُ اللهُ بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ كَافَّةً بِقَوْلِهِ: (إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ) الحجرات:10.وَأُخُوَّةُ اْلإِيْمَانِ أَمْتَنُ رَوَابِطِ الْقُلُوْبِ وَأَوْثَقُ عُرَى النُّفُوْسِ وَأَعْلَى صِلاَتِ الْعُقُوْلِ وَاْلأَرْوَاحِ لِأَنَّهَا قَائِمَةٌ عَلَى الْحُبِّ فِى اللهِ الْمُجَرَّدِ عَنْ كُلِّ مَنْفَعَةٍ الْبَرِيِّ مِنْ كُلِّ غَرَضٍ النَّقِيِّ مِنْ كُلِّ شَائِبَةٍ وَهُوَ الْحُبُّ الطَّاهِرُ الَّذِى يَجِدُ فِيْهِ الْمُسْلِمُوْنَ وَالْمُسْلِمَاتُ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: [ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ اْلِإيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَخَبَّ إِلَيَّ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ ِللهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ] متفق عليه.
وَلِتَوْطِيْدِ هَذِهِ الصُّحْبَةِ وَتَوْثِيْقِهَا آدَابٌ عَلَيْهِ أَنْ يُرَاعِيَهَا وَمِنْهَا:
1-             أَنْ يَصْحَبَ الْجِنْسَ وَمَنْ يَسْتَفِيْدُ مِنْهُ خَيْرًا . قَالَ اللهُ تَعَالَى: (وَلاَ تُؤْمِنُوْا إِلاَّ لِمَنْ تَبِعَ دِيْنَكُمْ)آل عمران:73,وَإِنْ كَانَ أَصْلُ هَذَا الْخِطَابِ ِلأَهْلِ الْكِتَابِ. وَقَدْ قِيْلَ: أَوْلَى النَّاسِ بِالصُّحْبَةِ مَنْ يُوَافِقُكَ فِى اعْتِقَادِكَ وَتَحْتَشِمُهُ فِى مُجَالَسَتِكَ .
2-             أَنْ يَصْحَبَ مَنْ يَثِقُ بِدِيْنِهِ وَأَمَانَتِهِ وَمَذْهَبِهِ وَوَرَعِهِ . رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَمَّا نَزَلَ قَوْلُهُ تَعَالَى (لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُوْنَ باِللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ يُوَادُّوْنَ مَنْ حَادَّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ)المجادلة: 22:"أَللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ لِفَاجِرٍ عِنْدِيْ يَدًا فَيُحِبُّهُ قَلْبِي" (رواه أبو القاسم اللالكائي فى اعتقاد أهل السنة رقم 275)
3-             أَنْ لاَ يَصْحَبَ مَنْ يُخَالِفُهُ فِى مَذْهَبِهِ وَإِنْ كَانَ قَرِيْبًا مِنْهُ. أَلاَ تَرَى نُوْحًا عَلَيْهِ السَّلاَمُ لَمَّا قَالَ: (إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي) هود:45. كَيْفَ أُجِيْبَ؟: (إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ) هود:46.
4-             أَنْ يَصْحَبَ مَنْ يُهْدِي إِلَيْهِ عُيُوْبَهُ وَيَدُلُّهُ عَلَى مَا فِيْهِ صَلاَحُهُ وَجَمَالُهُ . قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ) رواه أبو داود رقم 4918 وقال عمر رضي الله عنه: رَحِمَ اللهُ امْرَأً أَهْدَى إِلَيَّ عُيُوْبِيْ .
5-             أَنْ يَصْحَبَ مَنْ لاَ تَكُوْنُ صُحْبَتُهُ إِلاَّ بِاتِّفَاقِ الْبَوَاطِنِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى صِفَةِ الْمُنَافِقِيْنَ (تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَقُلُوْبُهُمْ شَتَّى) الحشر:14.
6-             أَنْ يَقُوْمَ بِخِدْمَةِ اْلإِخْوَانِ وَاْلأَصْحَابِ وَرَفْعِ الْمُؤَنِ عَنْهُمْ وَاحْتِمَالِ أَذَاهُمْ وَتَرْكِ اْلإِنْكَارِ عَلَيْهِمْ إِلاَّ فِيْمَا يُخَالِفُ الشَّرْعَ كَمَا وَرَدَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: (سَيِّدُ الْقَوْمِ خَادِمُهُمْ) رواه الديلمي فى الفردوس رقم 3473. وَقَدْ قِيْلَ: إِذَا صَحِبْتَ إِنْسَانًا فَانْظُرْ عَقْلَهُ أَكْثَرَ مِمَّا تَنْظُرُ دِيْنَهُ فَإِنَّ دِيْنَهُ لَهُ وَعَقْلُهُ لَهُ وَلَكَ وَلاَ تَصْحَبْ مَنْ كَانَ أَكْثَرُ هَمِّهِ الدُّنْيَا وَالْنَّفْسُ وَالْهَوَى .
7-             أَنْ يُوَاجِهَهُمْ بِالْبِشْرِ وَاْلإِنْبِسَاطِ وَالْمُوَافَقَةِ وَبَذْلِ الْمَعْرُوْفِ وَاْلإِحْسَانِ وَالْكَوْنِ مَعَهُمْ عَلَى حُكْمِ الْوَقْتِ . رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ عِنْدَهُ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا فَدَخَلَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَغَطَّى جِسْمَهُ وَسَوَّى ثِيَابَهُ وَجَلَسَ فَسُئِلَ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ:"أَلاَ أَسْتَحِى مِمَّنْ تَسْتَحِى مِنْهُ الْمَلاَئِكَةُ" (رواه الطبراني فى المعجم الأوسط رقم 4918) فَحِشْمَةُ عُثْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَإِنْ عَظُمَتْ  فَالْحَالَةُ الَّتِى بَيْنَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَيْنَهُمَا أَصْفَى. [مُلْحَقٌ/لَهَا بَقِيَّةٌ]
=والله يتولى الجميع برعايته=