Apr 29, 2011

Solusi Masalah Kalangan Berharta

Tausiyah Mei 20011
oleh | K.H.M. Ihya' Ulumiddin
Tempat: Sentra Dakwah Ketintang Surabaya


Ikuti Kajian Online-nya langsung dari Ketintang Surabaya, Ahad 1 Mei 2011 pukul 08.00 wib. Don't miss it!

Dalam Alqur'an Allah menyebutkan karakter manusia ketika memiliki kebaikan atau harta benda, yaitu ia menjadi bersikap kikir/emanan (manuu') kecuali orang yang mendermakan harta bendanya itu, maka ia akan menyaksikan kemudahan yang dijanjikan.

Karena bersikap kikir/emanan maka manusia tidak menyalurkan hak harta benda dengan sebaik-baiknya yang merupakan syarat harta benda terbentengi, sehingga harta bendanya dihampiri bencana-bencana dan kerusakan-kerusakan.(akibatnya) iapun bersedih dan mengeluh serta segera bergerak mencari solusi, sementara ia mengerti bahwa tidak ada solusi seperti Taqwa. Lalu jenis Taqwa manakah yang bisa membawanya keluar dari himpitan ini? Di sinilah kemudian Junjungan kita Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menunjukkan solusi tersebut, beliau bersabda: “Haji berturut- turut dan umrah yang beruntun bisa menolak kematian buruk dan sangatnya kemiskinan” (HR Abdurrazzak As Shan'aani dari Amir bin Abdillah bin Zuber ra secara Mursal. Al Jami' As Shaghir 1/146).

Beliau juga bersabda: “Orang-orang yang berhaji dan orang-orang yang berumrah adalah duta Allah; jika meminta maka mereka diberi, jika berdo'a maka mereka dikabulkan, dan jika berinfak maka mereka diberikan ganti...”(HR Baihaqi).

Dan sudah dimaklumi bahwa haji dan umrah berturut-turut tidak bisa dijalankan kecuali oleh orang yang memang memiliki kemampuan berupa melimpahnya sarana harta benda. Maka hal itulah yang menjadi cara menutup cacat yang terjadi dalam harta benda sebagai akibat tidak memenuhi haknya. Begitulah sunnah Allah dalam makhlukNya bahwa segala himpitan mesti ada solusi, dan semua kesusahan mesti ada kesenangan sesuai kehendak alamiahNya karena kebaikanNya yang bertubi-tubi dan tambahan anugerah serta kemurahanNya.

Dan sudah tidak diragukan lagi bahwa solusi yang sama sekali tidak terbersit dalam hati akan menjadi kenyataan apabila berusaha diperoleh dengan memperbaiki tujuan serta meluruskan niat dalam menjalani haji dan umrah; yaitu karena Allah dan ikhlash karenaNya, bukan karena pamer, popularitas dan plesiran, berbeda sama sekali dengan realitas yang diiisyaratkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Akan datang kepada manusia, suatu masa di mana orang-orang kaya berhaji untuk wisata, kalangan ekonomi menengah untuk berdagang, para ulama untuk pamer dan popularitas dan orang-orang miskin untuk meminta-minta”(HR Abu Faraj Ibnul Jauzi dalam Mutsiirul Gharam dengan menyebutkan sanad/ Lihat Al Qiroo Li Qaashidi Ummil Quroo tulisan al Hafizh Muhibbuddin At Thabari hal 31).

Maka dari itulah hendaknya orang yang berhaji atau berumrah secara serius berusaha menjernihkan tujuannya dari segala hal tersebut kalau memang ia benar-benar mencari solusi.

=والله يتولى الجميع برعايته=

Apr 5, 2011

Tidak Memiliki Maka Tidak Memberi

Tausiyah Bulan April 2011
Vol XII Edisi 140
Oleh : K.H M Ihya' Ulumiddin


Allah ta’ala berfirman:
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”QS at Taubah:41.

Termasuk jihad fi sabilillah adalah mendermakan harta benda demi kehidupan dakwah. Mencari harta benda demi kepentingan dakwah, menyokong dan mengokohkannya termasuk dalam kategori hal yang menjadi syarat sempurna suatu kewajiban.
Cukuplah sebagai gambaran bagi kita ketika Allah menjadikan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai seorang ahli perdagangan sejak sebelum diutus saat usia beliau baru dua puluh tahun.

Setelah diutus, Allah lalu mengokohkannya dengan dukungan isterinya Sayyidah Khadijah al Kubro yang juga seorang pedagang, para khalifah empat dan sepuluh orang yang dijamin masuk surga, serta yang lain di mana kebanyakan adalah para pedagang.

Dan bagaimana kekayaan para sahabat begitu melimpah sejak hijrah mereka masih berjalan tidak lebih dari tujuh tahun. Dan bagaimana pula nenek moyang kita di negeri ini memeluk islam juga melalui tangan-tangan para pedagang yang notabenenya adalah para da’i. Serta bagaimana pula sekarang ini, yahudi yang meski minoritas tetapi menguasai dunia karena kekuatan ekonomi dan perdagangan mereka.

Tuhan kita Allah ta’aala adalah Dzat Maha Kaya dan Maha Memberikan kekayaan. Maka sudah semestinya hambaNya memiliki sifat ini dari sisi memperoleh kekayaan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri adalah figur yang kaya lagi dermawan hingga tidak pernah menyimpan rizki untuk esok harinya. Karena hal-hal tersebut inilah Alqur’an menyinggung tentang pentingnya perdagangan: “...kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya... “QS al Baqarah:282. “ ... mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,... “QS Fathir:29. “ ... perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya... “QS at Taubah:24. “laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah.... “QS an Nuur: 37. Dan tentunya itu semua dengan mengetahui simpul-simpul yang kuat dan kokoh dalam menjalankan perdagangan.

Sudah dimaklumi bahwa jalan dakwah memiliki tahapan-tahapan, maka sudah tibalah saatnya bagi kita dalam tahapan ini untuk menyokong dakwah kita dengan sokongan harta benda melalui apa saja yang mudah dilaksanakan untuk menghimpun harta benda secara berjamaah seraya memurnikan niat mendahulukan kemaslahatan jamaah atas kepentingan pribadi dan menjauhkan diri dari istighlal (menggunakan kesempatan).

Karena inilah rahasia kesuksesan dan keberuntungan dalam urusan ini. Serta didukung dengan langkah cepat sebagaimana firman Allah: “Dan sesungguhnya tidak ada bagi manusia kecuali apa yang ia usahakan. Dan usahanya itu pasti akan terlihat”, kejujuran sesuai petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: ”Dia pasti beruntung jika ia jujur“ dan tangan yang terpercaya berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Berikanlah amanat kepada orang yang mempercayaimu “ serta tidak meremehkan dan bersikap santai.

=والله يتولى الجميع برعايته=

Versi Audio


Download: