Nov 27, 2009

Bertayamum Dengan Bedak

Pertanyaan:
Saya ingin menanyakan persoalan yang masih menjadi ganjalan selama ini, yaitu hukum bertayammum dengan bedak tabur. Apakah diperbolehkan atau tidak, karena kalau memakai debu ada rasa risih dan takut kotor?
Kamil, Lawang Malang

Jawaban:
Syariat mengenai Tayammum dijelaskan dalam firman Allah: “Dan jika kalian sakit, atau dalam perjalanan atau datang dari kakus, lalu tidak mendapatkan air maka bertayammumlah dengan debu (Sho’id) yang suci…” QS. an Nisa’: 43.

Ayat ini turun pada tahun 6 Hijriyyah tepatnya dalam perang Muroisi’/Banil Mushtholiq di mana Aisyah ra kehilangan kalung. Saat sedang mencari kalung Aisyah ra., waktu shalat tiba dan kebetulan ketika itu tidak ada air hingga turunlah firman Allah tersebut. Menanggapi hal ini Used bin Hudher berkata: “Wahai Aisyah, semoga Allah mengasihimu, sebab tidak terjadi sesuatu yang tidak engkau sukai melainkan Allah menjadikannya jalan keluar bagi umat islam”.

Tayammum juga menjadi salah satu keistimewaan dan kemurahan yang hanya diberikan oleh Allah kepada umat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.”Diberikan kepadaku lima hal yang tidak diberikan kepada seorangpun sebelumku… dan dijadikan untukku bumi sebagai masjid serta mensucikan…” Muttafaq Alaihi.


Semestinya Tayammum itu harus dengan debu, tidak boleh dengan yang lain. Ini pendapat Madzhab Syafii dan Hambali serta Dawud az Zhahiri. Sementara madzhab Maliki dan Hanafi memperbolehkan Tayammum dengan segala jenis tanah atau yang berada di atas tanah seperti debu, pasir, batu, kapur, celak (sebelum dipindah dari sumbernya) dan salju. Pendapat ini menilik pada asal makna Sho’iid yang artinya setiap sesuatu yang ada di atas tanah. Juga berpegang pada hadits riwayat Abu Hurairah ra. bahwa sebagian orang kampung datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan mengadu: “Kami berada di tanah berpasir, dan di antara kami ada orang yang junub dan haid, sementara sejak empat bulan kami tidak mendapatkan air?” Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Wajib bagi kalian menggunakan tanah” HR. Ahmad.

Dari sini bisa dimengerti bahwa tidak ada dari ulama madzhab manapun yang memperbolehkan bertayammum dengan tepung atau segala yang keluar dari tanah dan sudah melalui proses pembakaran seperti pecahan batu bata, genteng atau gamping. Dalam istilah fiqih disebutkan tidak bolehnya bertayammum dengan remukan Khozaf (Kereweng. Jawa)

Mengenai bertayammum dengan bedak, maka jelas tidak sah sebab apapun bahan bedak itu yang jelas dia telah mengalami proses pembakaran yang otomatis sudah tidak lagi dinamakan debu atau sesuatu yang berada di atas tanah. Soal rasa risih menggunakan debu maka ada baiknya jika diketahui betapa para sahabat begitu tunduk dan patuh dengan apa yang telah diperintahkan. Tiada sedikitpun rasa enggan untuk melakukan. Amar bin Yasir bercerita: “Aku junub, lalu aku menggosok seluruh tubuhku dengan debu, kemudian aku kabarkan ini kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam hingga Beliau bersabda: “Mestinya cukup bagimu seperti ini”, Beliau lalu memukulkan dua tangannya di bumi dan mengusap wajah serta dua tangan” Muttafaq Alaihi.

Nov 11, 2009

Peniadaan

Di antara metode yang diterapkan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam dalam Tarbiyah adalah memberikan deskripsi nilai-nilai tinggi yang esesnsial di belakang pemahaman-pemahaman yang telah berkembang secara luas. Ini bertujuan mengarahkan kemauan kepada segala sesuatu yang tinggi dan maksud yang mulia. Contoh-contoh dari metode ini adalah sebagaimana sabda Beliau Shalallahu alaihi wasallam:

1. “Kekayaan bukanlah banyaknya harta benda, tetapi kekayaan sesungguhnya adalah kekayaan hati.” (HR. Ahmad-Bukhari Muslim). Imam Muslim meriwayatkan dari Mutharrif dari ayahnya yang berkata, “Aku datang kepada Nabi Shalallahu alaihi wasallam saat Beliau sedang membaca “al haakumt takaatsur/Menumpuk-numpuk harta menjadikan kalian lupa”. Beliau berkata, “Anak Adam berkata, “Hartaku, hartaku.” Beliau melanjutkan, “Wahai Anak Adam, bukanlah tiada harta yang kamu miliki dari hartamu kecuali apa yang telah kau makan dan kamu lalu kamu menghabiskannya, atau apa yang telah kamu memakainya dan lalu kamu membuatnya menjadi usang, atau apa yang kamu sedekahkan dan kamu mengabadikannya?””

2. “Orang yang kuatlah bukanlah orang yang banyak membanting musuhnya. Orang yang kuat hanyalah orang yang mampu menahan diri ketika marah.” (HR. Ahmad- Bukhari Muslim)

3. “Bukanlah disebut penyambung sanak famili seorang yang hanya membalas kunjungan, penyambung sanak famili sesungguhnya adalah seorang yang jika tali sanak familinya terputus maka ia menyambungnya.” (HR. Ahmad-Bukhari Muslim)



4. “Bukanlah orang buta seseorang yang buta matanya. Orang buta sesungguhnya adalah orang yang buta mata hatinya.” (HR. Baihaqi dalam Syuabul Iman)

5. “al Birr (kebaikan) bukanlah busana dan penampilan bagus, tetapi kebaikan adalah ketenangan dan kesantunan.” (HR. Dailami dalam Musnadul Firdaus)

6. “al Bayan bukanlah banyaknya ucapan, tetapi ucapan yang lugas dalam hal yang disukai Alloh dan Rasul-Nya. Gagap bukanlah gagap lisan, tetapi minimnya pengetahuan akan kebenaran.” (HR. Dailami dalam Musnadul Firdaus). Sejalan dengan ini adalah sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam, “Sesungguhnya sebagian dari al Bayan adalah sihir.”

7. “Pembohong bukanlah orang yang mendamaikan manusia; ia lalu menyampaikan kebaikan (pihak pertama kepada pihak kedua) dan mengucapkan kebaikan (pihak kedua kepada pihak pertama)" (HR. Ahmad-Bukhari Muslim Abu Dawud Turmudzi)

8. “Puasa bukan hanya dari makan dan minum. Puasa sebenarnya adalah dari lagh dan rafats; jika ada orang mencacimu atau berbuat bodoh kepadamua maka ucapkanlah, “Sesungguhnya aku berpuasa, sesungguhnya aku berpuasa.” (HR. Hakim-Baihaqi)

9. “Orang miskin bukanlah orang yang berkeliling (kesana kemari meminta sedekah) kepada manusia sehingga ia mendapatkan sesuap dua suap atau sebutir dua butir kurma, tetapi miskin yang sebenarnya adalah orang yang tidak mendapatkan kekayaan yang membuatnya puas, tidak pula diketahui akan kondisinya sehingga bisa diberikan sedekah kepadanya dan tidak pula ia bangkitkan lalu meminta-minta kepada manusia.” (HR. Malik Ahmad Bukhari Muslim Abu Dawud Hakim)

10. “Bukanlah orang terbaik di antara kamu seorang yang meninggalkan dunia demi akhirat atau meninggalkan akhirat demi dunia sehingga ia mampu mendapatkan keduanya sebab sesungguhnya dunia adalah sarana menuju akhirat. Jangan kalian menjadi beban orang lain.” (HR. Ibnu Asakir)

Sepadan dengan hal di atas adalah ucapan syair:

1. Kehidupan bukan sekedar nafas-nafas yang engkau hembuskan. Kehidupan sesungguhnya adalah kehidupan ilmu dan budi pekerti.

2. Anak yatim bukanlah anak yang ditinggal oleh bapaknya. Anak yatim sesungguhnya adalah orang yang ditinggalkan ilmu dan budi pekerti.

Imam Syafii ra. Berkata:
Ilmu bukanlah sesuatu yang diambil. Ilmu sebenarnya adalah sesuatu yang bermanfaat.