33 Kiat Menuju Ketenangan Jiwa bagian 2 dari 7 bagian, Insya Allah. Semoga bermanfaat.
Oct 28, 2008
Oct 26, 2008
33 Kiat Menggapai Ketenangan Jiwa - Bagian 2 (Tamat)
Berikut ini lanjutan dari 33 Kiat Menggapai Ketenangan Jiwa yang pernah kami posting sebelumnya. Versi Streaming akan hadir secara berkala. Insya Allah.
Terkait Dengan Keilmuan.
10. Menambah ilmu. Wawasan menjadi luas, tidak berpikiran sempit. Kapan dan di mana pun kita adalah tholib (pencari ilmu). Tidak merasa puas diri ibarat merasa besar di dalam akuarium kecil. Di atas orang yang alim ada yang lebih alim lagi. Betapa tinggi ilmu Nabi Musa a.s. namun Allah Swt. Memerintahkannya tetap memburu ilmu dari Nabi Khidlir a.s.
11. Memahkotai ilmu yang dimiliki dengan akhlak terpuji, meliputi makrifat (kesadaran), tawadhu’ (kerendahan hati), amal, dan takwa. Ilmu tidak akan bermanfaat dengan sendirinya. Orang yang berilmu harus sadar diri. Ikhlas. Berilmu tapi sombong dibenci masyarakat. Ilmu tanpa amal, jiwa terasa dikejar-kejar. Dan seandainya ilmu menjadi baik tanpa takwa, maka manusia termulia di bumi adalah iblis.
Terkait Dengan Kekayaan/Materi.
12. Melihat kepada orang/tingkatan yang berada di bawahnya.
13. Menyadari kekayaan yang hakiki dan atau tempat kembali yang hakiki, bahwa harta yang kita makan akan menjadi kotoran dan yang kita pakai akan menjadi rusak, dan begitu kita mati, itu semua menjadi milik ahli waris, sementara yang kekal adalah sedikit harta yang telah kita sedekahkan untuk perjuangan/dhuafa’.
14. Ridho dan puas terhadap pembagian yang diterimanya. Apa yang ada ini dinikmati.
Terkait Dengan Ujian.
15. Sabar dan tegar menerima ujian, karena semua telah diatur oleh Allah swt.
16. Ihtisab, yakni mengharap pahala dari Allah swt. atas musibah yang menimpanya.
17. Menyakini di balik ujian ada pelajaran (hikmah) dan setelah kesusahan pasti ada kegembiraan.
Terkait Dengan Kehidupan Berumah Tangga
18. Suami Tasamuh (toleran) terhadap istri.
19. Suami taghoful (melupakan perangai istri yang tidak disukai) karena di balik satu hal yang tidak dia sukai masih begitu banyak hal yang dia sukai dari istrinya.
20. Suami memenuhi hak-hak istri.
21. Suami tabah, sabar, dan tahan atas gangguan dari istrinya.
22. Suami mendidik dan membimbing istri dengan baik dan lembut, sebab bila pendidikan dilakukan dengan keras niscaya terjadi cerai, sedang bila tidak dididik atau dibiarkan sama sekali, istri akan tetap pada kebengkokannya.
23. Istri patuh pada suami.
24. Istri tidak banyak bicara.
25. Istri tekun beribadah.
26. Istri menjaga kehormatan dirinya, memelihara kehormatan suami dan hartanya, serta menjaga anak-anaknya.
Terkait Dengan Kehidupan Berjamaah
27. Hidup berjamaah dengan suatu misi kebenaran yang mengikatnya. Indah. Penelitian menyatakan hidup mengisolir diri atau individual adalah sumber berbagai penyakit kejiwaan. Di setiap jamaah manapun pasti ada konfil. Tapi bila kita pandai mensikapinya, itu akan membuat kita dewasa dan matang. “Seburuk-buruk kehidupan berjamaah lebih baik daripada hidup sendirian.”
28. Taat pada murabbi sekaligus pada sistem yang dibina olehnya. Kita bergaul dengan orang-orang yan jujur. Kita mempunyai pembimbing. Ada yang mengingatkan begitu kita teledor dan menyimpang. Perhatikanlah orang yang tidak patuh pada komandan/komando, jauh dari murabbi, jiwanya bisa goncang.
29. Silaturrahim. Memperbanyak teman, menlenyapkan permusuhan.
30. Menghilangkan ghill dan mengedepankan husnuddzon kepada sesama jamaah.
Umum
31. Tafakkur dan tadabbur alam dalam rangka menyegarkan jiwa yang lelah (refreshing).
32. Istiqomah, dalam arti ulet, tekun, konsisten, teguh memegang prinsip, dan bersungguh-sungguh. Tangguh.
33. Optimis. Percaya diri. Tidak berputus asa. Pantang menyerah. Ibarat dian (pelita) yang tak kunjung padam. Betapapun rintangan menghadang. Tentu setelah kiat-kiat tersebut di atas dilaksanakan. Sebab optimisme tanpa kerja keras tak ubahnya mimpi.
Wallahu subhanahu wata’ala a’lam.
Terkait Dengan Keilmuan.
10. Menambah ilmu. Wawasan menjadi luas, tidak berpikiran sempit. Kapan dan di mana pun kita adalah tholib (pencari ilmu). Tidak merasa puas diri ibarat merasa besar di dalam akuarium kecil. Di atas orang yang alim ada yang lebih alim lagi. Betapa tinggi ilmu Nabi Musa a.s. namun Allah Swt. Memerintahkannya tetap memburu ilmu dari Nabi Khidlir a.s.
11. Memahkotai ilmu yang dimiliki dengan akhlak terpuji, meliputi makrifat (kesadaran), tawadhu’ (kerendahan hati), amal, dan takwa. Ilmu tidak akan bermanfaat dengan sendirinya. Orang yang berilmu harus sadar diri. Ikhlas. Berilmu tapi sombong dibenci masyarakat. Ilmu tanpa amal, jiwa terasa dikejar-kejar. Dan seandainya ilmu menjadi baik tanpa takwa, maka manusia termulia di bumi adalah iblis.
Terkait Dengan Kekayaan/Materi.
12. Melihat kepada orang/tingkatan yang berada di bawahnya.
13. Menyadari kekayaan yang hakiki dan atau tempat kembali yang hakiki, bahwa harta yang kita makan akan menjadi kotoran dan yang kita pakai akan menjadi rusak, dan begitu kita mati, itu semua menjadi milik ahli waris, sementara yang kekal adalah sedikit harta yang telah kita sedekahkan untuk perjuangan/dhuafa’.
14. Ridho dan puas terhadap pembagian yang diterimanya. Apa yang ada ini dinikmati.
Terkait Dengan Ujian.
15. Sabar dan tegar menerima ujian, karena semua telah diatur oleh Allah swt.
16. Ihtisab, yakni mengharap pahala dari Allah swt. atas musibah yang menimpanya.
17. Menyakini di balik ujian ada pelajaran (hikmah) dan setelah kesusahan pasti ada kegembiraan.
Terkait Dengan Kehidupan Berumah Tangga
18. Suami Tasamuh (toleran) terhadap istri.
19. Suami taghoful (melupakan perangai istri yang tidak disukai) karena di balik satu hal yang tidak dia sukai masih begitu banyak hal yang dia sukai dari istrinya.
20. Suami memenuhi hak-hak istri.
21. Suami tabah, sabar, dan tahan atas gangguan dari istrinya.
22. Suami mendidik dan membimbing istri dengan baik dan lembut, sebab bila pendidikan dilakukan dengan keras niscaya terjadi cerai, sedang bila tidak dididik atau dibiarkan sama sekali, istri akan tetap pada kebengkokannya.
23. Istri patuh pada suami.
24. Istri tidak banyak bicara.
25. Istri tekun beribadah.
26. Istri menjaga kehormatan dirinya, memelihara kehormatan suami dan hartanya, serta menjaga anak-anaknya.
Terkait Dengan Kehidupan Berjamaah
27. Hidup berjamaah dengan suatu misi kebenaran yang mengikatnya. Indah. Penelitian menyatakan hidup mengisolir diri atau individual adalah sumber berbagai penyakit kejiwaan. Di setiap jamaah manapun pasti ada konfil. Tapi bila kita pandai mensikapinya, itu akan membuat kita dewasa dan matang. “Seburuk-buruk kehidupan berjamaah lebih baik daripada hidup sendirian.”
28. Taat pada murabbi sekaligus pada sistem yang dibina olehnya. Kita bergaul dengan orang-orang yan jujur. Kita mempunyai pembimbing. Ada yang mengingatkan begitu kita teledor dan menyimpang. Perhatikanlah orang yang tidak patuh pada komandan/komando, jauh dari murabbi, jiwanya bisa goncang.
29. Silaturrahim. Memperbanyak teman, menlenyapkan permusuhan.
30. Menghilangkan ghill dan mengedepankan husnuddzon kepada sesama jamaah.
Umum
31. Tafakkur dan tadabbur alam dalam rangka menyegarkan jiwa yang lelah (refreshing).
32. Istiqomah, dalam arti ulet, tekun, konsisten, teguh memegang prinsip, dan bersungguh-sungguh. Tangguh.
33. Optimis. Percaya diri. Tidak berputus asa. Pantang menyerah. Ibarat dian (pelita) yang tak kunjung padam. Betapapun rintangan menghadang. Tentu setelah kiat-kiat tersebut di atas dilaksanakan. Sebab optimisme tanpa kerja keras tak ubahnya mimpi.
Wallahu subhanahu wata’ala a’lam.
Oct 22, 2008
Streaming: 33 Kiat Menuju Ketenangan Jiwa Bagian 1
Berikut ini taklim Abi Ihya' Ulumiddin tentang 33 Kiat Menuju Ketenangan Jiwa dalam bentuk audio. Artikel telah kami posting sebelumnya. Mohon maaf jika gambar yang ditampilkan kurang bagus. Hal ini telah menjadi catatan kami untuk perbaikan kedepan. Selamat menikmati.
33 Kiat Menuju Ketenangan Jiwa Bagian 1 - Versi Audio.
33 Kiat Menuju Ketenangan Jiwa Bagian 1 - Versi Audio.
Subscribe to:
Posts (Atom)